Selasa, 16 November 2010

Pascabanjir Bandang Mangkang Semarang


REL MENGGANTUNG: Sebuah KA melintas di rel yang mengantung karena gogos permukaan di bawahnya di sekitar Stasiun Mangkang Semarang, Rabu (10/11). Rel tersebut menggantung karena tergerus air akibat banjir bandang yang melanda di kawasan tersebut, Selasa (9/11). (SM CyberNews/ Maulana M Fahmi)

--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Pascabanjir Bandang Mangkang Semarang

Korban Tewas Meningkat Jadi 60 Orang


[NEW DELHI] Sedikitnya 60 tewas ketika sebuah gedung berlantai empat di sebuah kawasan padat di New Delhi roboh pada Senin (15/11) malam. Regu penyelamat masih terus mencari korban yang masih terperangkap di bawah runtuhan gedung tersebut dengan peralatan seadanya. Demikian disampaikan pejabat setempat pada Selasa (16/11).

Pejabat setempat mengatakan, fondasi gedung di Delhi timur itu kemungkinan lapuk karena banjir akibat hujan lebat selama berpuluh-puluh tahun. Apalagi letaknya berdekatan dengan tepi Sungai Yamuna yang membelah kota itu.

Tim penyelamat dan warga setempat sepanjang malam tadi mencoba memindahkan puing-puing gedung yang terletak di kawasan hunian Lalita Park Laxmi Nagar yang roboh tengah malam tadi dengan peralatan seadanya. Pasalnya, alat berat sulit mencapai tempat tersebut.

“Masih banyak korban yang terperangkap di bawah puing-puing bangunan. Kami berharap kami bisa menyelamatkan mereka dalam keadaan hidup. Kami membenarkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 60 orang dan 80 orang lainnya dirawat di rumah sakit,” kata juru bicara kepolisian, Rajan Bhagat.

Saksi mata mengatakan, mereka mendengar teriakan minta tolong dari bawah reruntuhan gedung sementara warga setempat mengeluh tidak memiliki kekuatan untuk menyingkirkan bongkahan-bongkahan tembok yang besar. Sangat dibutuhkan alat berat untuk membantu menyelematkan para korban.

“Gedung itu roboh seperti kartu yang dijatuhkan begitu saja. Saya melihat orang bergelantungan di tembok yang roboh, yang lain lagi berupaya melompat ke bawah tetapi tidak bisa, yang lain masih terperangkap,” kata sopir taksi, Gurwider Singh.

Sedangkan Girija Devi, ibu empat anak yang bekerja di gedung tersebut mengaku ditarik keluar oleh tetangganya tetapi saudaranya masih terperangkap di bawah reruntuhan gedung.

Perdana Menteri Kota Delhi, Sheila Dikshit menduga konstruksi gedung itu sudah tidak layak dan pejabat setempat sudah mengingatkan bahwa gedung itu dalam keadaan bahaya. “Saya kira, penyebabnya adalah ketikdahati-hatian para pembangun yang tidak membangun gedung yang cukup kuat dan tahan banjir yang menghantam sebulan yang lalu,” ujar perdana menteri perempuan itu. [AFP/A-21]

--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Korban Tewas Meningkat Jadi 60 Orang

Kompleks Pasar Youtefa Terbakar, Kerugian Rp 4 M Lebih


JAYAPURA—Pagi kemarin sekitar pukul 05.30 WIT, warga sekitar kompleks Pasar Youtefa Abepura, dikejutkan dengan adanya amukan si jago merah. Hasil pantauan Bintang Papua, di TKP, hanya berkisar satu jam, api telah melahap habis enam ruko, dua rumah dan belasan petak rumah kontrakan milik warga.

KObaran api baru dapat dipadamkan berkat kerja sama warga dan 1 unit mobil pemadam kebakaran dan dua unit mobil waterconan milik Brimob juga Polda Papua.

Terlebih lagi dengan turunnya hujan di pagi itu menambah kemudahan warga melunakkan si jago merah. Tidak ada korban jiwa, namun akibat kebakaran ini, kerugian materil diperkirakan mencapai Rp 4 miliar lebih, selain itu api juga melalap habis satu unit mobil dan sepuluh unit kendaraan roda dua.

Hajriana, salah seorang warga yang bermukin di sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) menuturkan, bila sebelumnya tepat jam 00.00 Wit, ia mengaku sempat mencium aroma yang kurang sedap berasal dari ruko yang berjejer di depan.

Namun saat terbangun tepat pukul 05.00, keadaan di seputaran TKP masih stabil. Akan tetapi tepat pukul 05.30 tiba-tiba saja ia dikejutkan kebakaran di Ruko tepat di samping kontrakannya.

Dalam hitungan menit api terus merembet dan kian besar hingga merembet ke Gudang Besi tua, dan kos-kosan yang ada di belakang ruko. Akibat kebakaran itu, delapan rumah kontrakan, termaksuk yang ia tempati dilahap api, akibatnya pintu dan daun jendela, tempatnya bernaung hangus terbakar.“ Jam 00.00 saya sempat mencium aroma tidak sedap dari arah ruko seperti bau oli, waktu bangun jam 5, belum apa-apa, tapi setengah jam kemudian , tiba-tiba api sudah besar dan melahap 6 ruko juga belasan kos-kosan,”katanya.

--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Kompleks Pasar Youtefa Terbakar, Kerugian Rp 4 M Lebih

Selasa, 09 November 2010

Korban Terakhir 94 Tewas, 218 Hilang


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Hingga pagi ini korban tewas akibat letusan dahsyat Gunung Merapi, Jumat (5/11/2010), yang dibawa ke RSUD Sardjito Yogyakarta berjumlah 94 jenazah. Sebanyak 48 jenazah di antaranya dapat diidentifikasi oleh tim gabungan Disaster Victim Identification.

Demikian dikatakan Teguh, anggota Disaster Victim Identification (DVI) Polda DI Yogyakarta, kepada Kompas.com, Selasa (9/11/2010). "Keluarga yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya berjumlah 218 ," ujarnya.

Seperti diketahui, 64 jenazah sudah dikubur secara massal di tempat pemakaman umum (TPU) Kabupaten Sleman. Sebagian jenazah dibawa keluarganya untuk dimakamkan.

Jumlah korban tewas itu dipastikan akan terus bertambah lantaran masih banyak jenazah yang belum dapat dievakuasi, terutama di sekitar Kali Gendol, tempat aliran awan panas atau whedus gembel.

Eko Sulistyo, relawan dari PKPU, ketika dihubungi mengatakan, hari ini tim PKPU bersama dengan anggota Kopasus dan PMI akan kembali ke Dusun Ngepringan, Cangkringan, untuk mengevakuasi sekitar 10 jenazah di sekitar Kali Gendol.

Dua hari lalu, tim sudah menembus lokasi yang berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Merapi itu. Namun, baru satu jenazah yang dapat dievakuasi lantaran kondisi Merapi yang terus menyemburkan awan panas.

--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Korban Terakhir 94 Tewas, 218 Hilang

Paguyuban Tri Tunggal menggelar ritual


Paguyuban Tri Tunggal menggelar ritual Ruwat Tolak Bala Mahesa Lawung di Perempatan Tugu, Yogyakarta, Senin (8/11/2010) malam. Ritual tersebut dimaksudkan untuk menentramkan Gunung Merapi beserta dampaknya serta sebagai tanda menyambut peradaban baru Keistimewaan Yogyakarta. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO



--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Paguyuban Tri Tunggal menggelar ritual