Kamis, 16 Februari 2012

Gempa 5,7 SR Guncang Papua Nugini

WartaNews-Sidney - Gempa bumi berkekuatan 5,7 Skala Richter (SR) dilaporkan mengguncang wilayah di bagian timur Papua Nugini, Kamis (16/2).
Papua New Guinea

Menurut Dinas Seismologi Australia, episentrum gempa terletak pada kedalaman 41 km pada 96 km sebelah selatan dari Lae, salah satu dari dua kota terbesar di negara tersebut.

Gempa tersebut cukup kuat, karena dapat dirasakan oleh warga yang berada di radius 340 km dari pusat gempa.

Namun, informasi mengenai jumlah korban atau kerusakan yang disebabkan gempa tersebut belum diterima.

Papua Nugini termasuk negara rawan gempa, karena terletak di kawasan yang disebut cincin api, daerah yang menyumbang 75 persen dari aktivitas gunung berapi di dunia.

Pada tahun 1998, negara itu sempat mengalami peristiwa paling tragis dalam sejarah, setelah gempa yang diikuti Tsunami telah menghancurkan kota Aytape dan menewaskan lebih dari dua ribu jiwa. (*/dar).
------------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Gempa 5,7 SR Guncang Papua Nugini

Jumat, 10 Februari 2012

321 Kabupaten/Kota Berisiko Tinggi Bencana

JAKARTA--MICOM: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan 321 kabupaten/kota di Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap kejadian 13 jenis bencana. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil pemetaan risiko 13 jenis bencana di semua provinsi yang dilakukan oleh BNPB.

"Sebanyak 65 persen kabupaten/kota di Indonesia rawan kejadian 13 jenis bencana," sebut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (9/2).

Ke-13 jenis bencana yang dimaksud adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, puting beliung, kekeringan, banjir, tanah longsor, gelombang pasang, kebakaran lahan dan hutan, epidemi dan wabah penyakit, gagal teknologi, kebakaran gedung dan permukiman, dan konflik sosial.

Selain itu, peta risiko juga mencatat, 173 kabupaten/kota berisiko sedang (35%). Berdasarkan peta risiko tersebut maka tidak ada kabupaten/kota yang berisiko rendah terhadap bencana.

Berkaca dari fakta tersebut, seluruh wilayah di Indonesia, kata Sutopo, seyogyanya telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar proses penanggulangan bencana bisa berjalan efisien dan efektif.

Sayangnya, lanjut Sutopo, masih ada 138 kabupaten/kota yang belum membentuk BPBD. ”Yang sudah terbentuk BPBD pun ternyata masih sangat terbatas dukungan anggaran, peralatan dan SDM-nya,” tutur dirinya. (Tlc/OL-9).
------------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - 321 Kabupaten/Kota Berisiko Tinggi Bencana

Kamis, 09 Februari 2012

Kebijakan Perkebunan Memasung Hak Ulayat

Oleh : Fauzan Zakir. Advokat dan Mantan Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Azazi Manusia (PBHI).

Banyaknya kasus yang muncul pasca ditetapkannya UUPA menunjukkan bahwa peraturan dan kebijakan negara yang menyangkut pertanahan, baik untuk perkebunan maupun untuk pertanian tidak serta merta memberi manfaat yang luas bagi masyarakat termasuk kalangan petani yang sesungguhnya memerlukan undang-undang tersebut.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Profesor Mubyarto; “sumber utama dari kekeliruan negara adalah kecenderungan rezim kepada pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan yang lebih cepat untuk meningkatkan produksi dan pendapatan (GDP dan GNP), tanpa memperhatikan pemerataan keadilan sosial”. Kebijakan perkebunan yang menyimpang dan sumir sejak masa kolonial sampai sekarang terus memperburuk sistem hukum pertanahan nasional. Bahkan tragisnya, ribuan nyawa rakyat menjadi taruhannya. Rentetan kasus Mesuji, Bima baru-baru ini sebagai bukti ketidakkonsistenan negara menjalankan amanah konstitusi maupun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang secara inveratif menghormati dan melindungi hak-hak komunitas masyarakat adat dalam bingkai status hak ulayat yang istimewa pula.

Sebenarnya UUPA dengan tegas memposisikan fungsi negara sebatas mengatur saja, karena pada prinsipnya rakyat jualah yang berhak memiliki dan menerima manfaat dari tanah beserta kandungannya, baik secara individual maupun secara kolektif (ulayat).

Sama pula halnya dengan prinsip penguasaan tanah oleh negara yang mengatur keseluruhan pemanfaatan tanah bagi kemaslahatan rakyat banyak, maka fungsi ninik-mamak di Minangkabau juga adalah sebagai penguasa terhadap tanah ulayat yang hanya berwenang mengatur pemanfaatan tanah ulayat untuk kepentingan kolektivitas kaumnya secara turun-temurun dari keseluruhan anggota kaum, suku dan nagari.

Begitu banyaknya peralihan-peralihan hak atas tanah yang terjadi, terutama Hak Ulayat menjadi Hak Guna Usaha (HGU) selama ini telah menjadikan bukti yang tak terbantahkan lahirnya konflik-konflik perkebunan di Indonesia. Ditambah dengan pola kebijakan perkebunan yang cenderung diregulasi dengan cara yang inkonstitusional, merampas dan memasung hak ulayat.

Hampir setiap kebijakan perkebunan, ditelorkan dengan menghalalkan segala cara untuk menyokong ‘ideologi pembangunan’. Terutama untuk memfasilitasi dunia investasi yang sebenarnya cenderung kapitalistik. Mengakibatkan hak-hak masyarakat adat yang merupakan warga negara menjadi terzalimi demi kepastian hukum yang bersifat individualistik untuk kepentingan investasi semata.

Menjelang runtuhnya Orde Baru, terlihat dengan jelas banyak konflik-konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah sebagai akibat dari kebijakan yang tidak populis tersebut. Bahkan secara sistemik pengaturan hukum pertanahan dan regulasi di bidang investasi tidak pernah sinkron dan selalu tumpang tindih satu sama yang lainnya, seperti halnya pemberlakuan Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 maupun Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penanaman Modal yang pada akhirnya dibuat untuk mengangkangi kepentingan masyarakat lokal.

Reformasi Agraria Atau Revolusi Sosial ?
Istilah reformasi hukum pertanahan (land reform) di Indonesia sebenarnya sudah lama digembor-gemborkan, mulai sejak Indonesia merdeka, masa Orde Lama, Orde Baru dan mencuat kembali dimasa reformasi.

Mengemukanya kembali upaya perubahan terhadap UUPA pasca reformasi terjadi diera kepemimpinan Megawati yang berinisiatif dan bersemangat melakukan revisi UUPA tersebut, yakni dengan mengeluarkan Keppres Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Hal mana intinya adalah memerintahkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sesegeranya melakukan perubahan terhadap UUPA. Akan tetapi perubahan yang diinginkan itu sampai sekarang masih terhalang.

Sekalipun drafnya sudah selesai dibuat oleh KPA (Komisi Pembaharuan Agraria) dan bola itu sekarang sudah berada di tangan DPR. Namun betapa ironisnya sudah 12 tahun reformasi berjalan, yang namanya DPR tetap saja memendam draf perubahan UUPA tersebut sampai sekarang.

Bahkan, sekalipun telah dipancing dengan ekspos Presiden SBY baru-baru ini yang setuju untuk mendorong reformasi agraria di tahun 2012 ini.
Memang diakui ada kemajuan sejak Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan ini dikeluarkan, karena cukup memberikan perlindungan terhadap keberadaan tanah ulayat dan komunitas masyarakat hukum adat.

Sekalipun bila dicermati pasal demi pasal tetap saja undang-undang perkebunan ini mengandung sisi lemah, antara lain ; undang-undang ini cenderung memperlihatkan dominasi negara (Pasal 18), masih memberi peluang praktek monopoli (Pasal 20) dan pengabaian terhadap prinsif keberlanjutan lingkungan (Pasal 23)”. Undang-undang ini juga tidak memberi jalan keluar terhadap realitas konflik sosial yang sudah lama muncul disektor perkebunan. Hendaknya undang-undang ini memberi ruang atau menawarkan satu sistem atau mekanisme untuk menyelesaikan konflik perkebunan. Apalagi melihat realitas konflik perkebunan yang terus meningkat dari dulu sampai sekarang.

Mencermati hal demikian, maka harapan kita ke depannya, hendaklah pemerintah dan pembuat undang-undang yang memerancang perubahan UUPA menghindari kemungkinan terjadinya benturan antara hukum positif dengan hukum adat yang berlaku, sebagaimana poin inti dari tuntutan reformasi hukum agraria hari ini.

Tentunya dengan mempertimbangkan beberapa hal di antaranya adalah: Pertama melakukan perubahan atas materi UUPA itu sendiri, di mana UUPA harus memperhatikan konsistensi konstitusi terhadap setiap peraturan pelaksana yang dilahirkan dan jelas tidak bertentangan dengan hukum adat yang berlaku. Kedua, pemerintah harus mengeluarkan political will-nya dalam hal kebijakan perkebunan yang mampu mengakomodir kepentingan dan kesejahteraan bagi rakyat yang miskin, bukan sebaliknya membuat Keputusan Presiden atau Peraturan Pemerintah lainnya yang terus membela kepentingan modal asing. Ketiga, pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan terkait dengan tanah perkebunan harus menghormati hak-hak konstitusional masyarakat adat yang istimewa, sesuai dengan Pasal 18B UUD 1945.

Berkenaan dengan hal di atas, kalau pemerintah tidak cepat merealisasikan hukum tanah yang memihak kepada rakyat, maka bukan reformasi agraria yang akan terjadi, namun revolusi sosial yang hebat, karena bagi petani dan komunitas masyarakat adat, “tanah menjadi tumpuan keberlangsungan hidupnya”. Sebagaimana juga catatan panjang revolusi-revolusi sosial yang pernah terjadi seluruh dunia.

Ternyata sepotong roti yang harganya terus melambung tanpa bisa terbendung, justru menjadi pemicu revolusi sosial, seperti halnya di Perancis. Lagi pula, toh segala peraturan dan kebijakan terkait pertanahan masa lalu dan kebijakan perkebunan hari ini yang tidak berpihak pada rakyat, tanpa melihat rezimnya siapapun, tetap saja menuai konflik di era kekuasaannya dan meninggalkan batu sandungan bagi penguasa di masa datang.

Munculnya konflik pertanahan yang tak kunjung padam seperti yang terjadi selama ini adalah, karena negara justru sering kali tidak mau tahu dengan nasib rakyat, dan justru menggembosi nilai-nilai dan fungsi sosial tanah (sekalipun dalam praktiknya berlindung dengan alasan kepentingan umum). Nyatanya sampai hari ini, negara jualah yang membuat jurang pemisah yang mendalam antara rakyat miskin di satu sisi dengan kaum pemodal di sisi lain. Jurang perbedaan yang mencolok akibat kebijakan perkebunan yang salah kaprah.

Sementara di sisi yang diuntungkan, kaum pemodal dengan mudah mendapat fasilitas dari penguasa untuk terus menggurita menguasai dan memiliki lahan hingga ratusan ribu hektare. Inilah bentuk ketidakadilan yang benar-benar nyata, karena keberpihakan negara kepada kaum pemodal. Sementara penindasan dan penyengsaraan terus menyertai pemilik lahan. Serupa betullah dengan adat membelah betung: ketika sisi yang satu kena pijak, sisi yang lainnya dilambungkan. (*)

------------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Kebijakan Perkebunan Memasung Hak Ulayat

Longsor di Papua, 1 Warga Tewas Tertimbun

Di wilayah lain, hujan deras yang terjadi terus menerus menyebabkan banjir hingga 3 meter.


VIVAnews - Hujan lebat yang mengguyur Jayapura sejak tadi malam, mengakibatkan terjadinya bencana longsor pada Kamis 9 Februari sekitar pukul 05.00 WIT. Satu warga tewas tertimbun.
Longsor yang terjadi di Jalan Percetakan Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura menimpa sebuah ruko konter ponsel.

Kronologinya, longsor terjadi saat tiga penghuni ruko atas nama Ardi Apriandi, Nehemita Boseke, dan Nurhaeni sedang asik mengobrol di ruang belakang ruko mereka.
READ MORE - Longsor di Papua, 1 Warga Tewas Tertimbun

Rumput Ini Berumur 200.000 Tahun

Apa rahasia panjang umur rumput raksasa ini?
VIVAnews - Sekelompok rumput di Laut Mediterania diperkirakan menjadi spesies paling tua di dunia. Ilmuwan asal Australia menduga rumput-rumput ini berumur 200.000 tahun.

Ilmuwan ini merunut DNA rumput raksasa, Posidonia oceanica, di sebuah padang rumput bawah laut yang membentang lebih dari 2.000 mil, dari Spanyol ke Siprus.

Analisis ini kemudian diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE, seperti dikutip dari laman Telegraph. Ilmuwan menemukan rumput-rumput di padang bawah tanah itu berusia antara 12.000 sampai 200.000. Ini jauh lebih tua dari spesies tertua yang selama ini dkenal, tanaman Tansania yang diyakini berusia 43.000 tahun.

Carlos Duarte, dari University of Western Australia mengungkap rahasia panjang umur rumput-rumput tersebut. Menurutnya, rumput ini bisa bereproduksi secara aseksual dan menghasilkan klon dari dirinya sendiri.

"Mereka terus memproduksi cabang baru," kata dia. Secara perlahan, spesies ini menutupi areal yang sangat luas dan menjadikan lahan ini sebagai bahan tambang makanan. Pada akhirnya, spesies ini pun bisa menyimpan nutrisi dalam cabang-cabang mereka yang luas itu sehingga mampu bertahan di kondisi terburuk sekalipun. Satu kloni rumput ini bisa berbobot sampai ribuan ton.

Tapi, Duarte mengingatkan bahwa spesies ini mulai terancam. Meski Posidonia oceanica merupakan tanaman yang tangguh, pertumbuhan mereka mulai menurun seiring pembangunan di pesisir dan pemanasan global. Bagaimana pun, faktor-faktor ini mempengaruhi suhu laut dan kualitas air.

"Jika perubahan iklim ini terus berlangsung seperti sekarang, masa depan spesies ini sangat buruk," kata dia. (umi).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Rumput Ini Berumur 200.000 Tahun

Rabu, 08 Februari 2012

Pesawat Batavia Tergelincir, 148 Penumpang Selamat

JAYAPURA—Kejadian kurang mengenakkan kembali menimpa dunia penerbangan di Papua, kali ini bertepatan dengan kunjungan Mentri Perhubungan EE. Mangindaan, Selasa (07/02), pesawat Batavia Air dengan nomor penerbangan Y6837 dengan jurusan penerbangan Jakarta-Makassar-Jayapura-Merauke, tergelicir di Bandar Udara Sentani, Jayapura.
Dihubungi via Telepon oleh Bintang Papua, Alvin M. Umsin, Distrik Manager Batavia Jayapura, menjelaskan kejadian ini murni karena kondisi cuaca yang buruk yang mengakibatkan pesawat Airbush A320 milik Batavia Air tergelincir hingga melewati Runway End Safety Area (RESA). “Sebenarnya proses Landing berjalan mulus, tapi saat mendarat kondisi landasan sedang diguyur hujan lebat, sehingga landasan menjadi licin yang mengakibatkan pesawat kami sempat melewati Tript Runway 30 dan tergelincir hingga melewati RESA,” jelas Alvin.
Saat kejadian terjadi, Pesawat Batavia yang di pimpin oleh kapten Suharjo ini sendiri membawa penumpang sebanyak 148 orang, dan akibat kejadian tersebut, seluruh jadwal penerbangan Batavia Air mengalami penundaan.
“Kami bersukur kejadian ini tidak sampai meminta korban, dan usai tergelincir pesawat kami sudah langsung bisa memutar kembali hingga area parkir pesawat,” ungkap Alvin.
Dari data yang berhasil dihimpun Bintang Papua di lapangan, kronologis kejadian sebagai berikut yaitu pukul 06.40 WIT pesawat mendarat di tengah runway 11, dimana cuaca saat kejadian hujan lebat dengan visibility atau jarak pandang sekitar 4 km dan akhirnya pesawat tergelincir atau slip karena keadaan runway atau landasan tersebut licin. Dalam keadaan tergelincir, pesawat masih dapat dikendalikan oleh Captain Pilot Suharjo, namun pesawat melewati grass strip di ujung runway 30 hingga masuk ke RESA (Runway End Safety Area) dan pesawat berhenti.
Lalu pada pukul 06.50 WIT pesawat dapat berputar kembali dan menuju (taxy) ke appron atau tempat parkir Bandara Sentani. Dan sekitar pukul 07.10 WIT penumpang turun dari pesawat.
Sedangkan crew sebanyak 6 orang dan membawa penumpang sebanyak 148 orang yang dipastikan semuanya selamat. Akibat kejadian tersebut 4 buah lampu runway pecah dan pesawat masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut.
Ketika dikonfirmasi kepada Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua Bambang Siswanto yang dihubungi Bintang Papua Selasa (07/02) melalui telepon celularnya karena yang bersangkutan tengah berada di Jakarta mengakui adanya peristiwa tergelincirnya pesawat Batavia Air ini.
“Iya tahu, tetapi detailnya tanyakan ke Ka Bandara,” tegasnya kepada Bintang Papua.
Namun, ketika coba dikonfirmasi kembali kepada Kepala Bandara Sentani Ir. Sukardjo Widjojo, MM, telepon celularnya bernada sibuk dan tidak bisa dihubungi.

Batavia Air Tutup Penerbangan Jayapura-Jakarta
Pasca tergelincir di bandara Sentani Jayapura, akibat landasan licin, maskapai Batavia Air untuk hari ini, selain menghentikan penerbangan Jayapura-Merauke, juga Jayapura-Jakarta.
Dari pantauan di bandara Sentani tidak terlihat aktivitas di counter chek ini Batavia Air. Di layar monitor juga sama sekali tidak tercantum jadwal penerbangan maskapai tersebut. Untuk jadwal ke Jakarta, semestinya Batavia berangkat pukul 11.30 WIT sekembalinya dari Merauke.
Penumpang Batavia Air yang menuju Merauke terpaksa di inapkan di Hotel di Jayapura, menunggu perkembangan selanjutnya dari pihak maskapai. Sementara pihak maskapai dan pengelolah bandara tidak ada yang bersedia memberikan keterangan. (dee/jir/ds).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Pesawat Batavia Tergelincir, 148 Penumpang Selamat

Minggu, 05 Februari 2012

Barak Milik BPMD Ludes Terbakar

WAMENA- Musibah kebakaran kembali terjadi di wilayah hukum Polres Jayawijaya. Kali ini,satu barak yang terdiri dari 4 kopel ruang milik Badan Pemerintah Desa (BMPD) yang kini berubah nama menjadi Badan Pemeberdayaan Masyarakat Kampung (BPMK) yang berada di perempatan Jalan Bhayangkara dan Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Wamena, Distrik Wamena Kota Kabupaten Jayawijaya, Rabu (1/2) sekitar pukul 18.00 WIT ludes terbakar.
Dalam musibah kebakaran ini, tidak ada kor­ban jiwa, namun kerugian material ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Dari pantauan Cenderawasih Pos, barak yang terbuat dari kayu dan dindingnya dari tripleks itu dalam sekejap ludes terbakar, sebab kondisi bangunan barak ini juga sudah termasuk bangunan lama.
Kobaran api yang menjalar begitu cepat dan membesar itu, sempat mengagetkan warga di sekitar Kota Wamena. Warga yang mengalami musibah ini pun hanya pasrah dengan kobaran api yang sangat cepat merembes ke seluruh barak tersebut.
Kobaran api dapat berhasil dipadamkan setengah jam kemudian setelah, satu unit mobil tangki dinas pemadam kebakaran Kabupaten Jayawijaya di turunkan ke TKP.
Kapolres Jayawijaya. AKPB Alfian Budianto SH, MH. Melalui Kasat Reskrim AKP Philip M Ladjar saat dikonfirmasi terkait penyebab kebakaran ini, belum mengetahui penyebab terjadinya kebakaran, sebab masih dilakukan olah TKP dan penyelidikan lebih lanjut. ”Penyebab kebakaran dan kerugian materil belum kami ketahui, sebab kami masih melakukan olah TKP lebih lanjut,” ujarnya. Hingga saat ini petugas sat Reskrim Polres Jajawijaya masih mendalami penyebab kebakaran ini dengan meminta keterangan kepada sejumlah saksi. (ben/nan).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Barak Milik BPMD Ludes Terbakar

Pasar Woma Wamena Terbakar

WAMENA - Kasus kebakaran kembali terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Jika sebelumnya Rabu (1/2) satu unit barak milik Pemerintah Kabupaten Jawijaya ludes terbakar, maka Jumat (3/2) sekitar pukul 15.30 WIT, giliran Pasar Woma mengalami kebakaran.

Akibatnya, satu los dan 14 petak kios pasar milik Pemerintah Kabupaten Jawijaya itu tinggal puing Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian material ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Kobaran api yang begitu cepat langsung membesar dan menghanguskan seluruh bangunan los pasar yang terletak di bagian belakang pasar itu. Kobaran api baru dapat dipadamkan setengah jam kemudian setelah satu unit mobil pemadam kebarakan milik Pemkab Jawijaya turun ke lokasi kejadian.

Mina, salah satu saksi mata saat ditemui Cenderawasih Pos mengatakan, titik api dan asap kebakaran pertama kali terlihat dari salah satu warung makan yang posisinya bersebelahan dengan los pasar di bagian belakang itu. Dari titik awal asap yang mengempul itulah kobaran api kemudian membesar dan merambat ke sejumlah kios dan warung serta los pasar.

"Saya pada saat itu melihat asap berasal dari warung makan di belakang los, kemudian teriak ada kebakaran. Namun kami tidak bisa berbuat banyak karena kobaran api begitu cepat membesar," ujarnya.

Petugas Reskrim Polres Jayawijaya pun melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap penyebab kebakaran ini. Petugas telah melakukan olah tempat kejadian perkara dan meminta keterangan kepada sejumlah saksi.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, sejumlah korban kini telah mengungsi ke keluarga mereka, karena rumah dan tempat usaha mereka telah ludes terbakar dilahap si jago merah itu. (ben/fud).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Pasar Woma Wamena Terbakar

Sabtu, 04 Februari 2012

Pesawat Tabrak Gunung di Papua


Aparat keamanan yang ada di lokasi kejadian mencoba mengevakuasi dan mencari korban.
VIVAnews - Kecelakaan peawat kembali terjadi di Papua. Pesawat milik maskapai Quality Air yang mengangkut BBM tergelincir dan menabrak gunung, di Lapangan terbang Bilai, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Sabtu, 4 Februari 2012 sekitar pukul 09.45 WIT.
"Pesawat tergelincir pada saat cuaca berkabut lalu menbrak gunung," kata juru bicara Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Wachyono, kepada VIVAnews.com. Saat ini, anggota Polsek dan Koramil setempat sudah berada di lokasi kejadian.

Aparat keamanan yang ada di lokasi kejadian mencoba mengevakuasi dan mencari korban. Menurut Wachyono, hingga saat ini tidak ditemukan adanya korban jiwa akibat kecelakaan yang terjadi pagi tadi.

Tapi, kerusakan parah terjadi pada pesawat kecil yang belum diketahui jenisnya itu. "Sayap kirinya patah. Baling-baling juga bengkok," ujarnya lagi.

Informasi yang diterima, pesawat yang diawaki Kapten Pilot Rafael Baskara dan Engineering Erwin Faisal itu berangkat dari Bandara Nabire menuju Homeyo. Pesawat mengangkut BBM jenis solar milik PT UMI, perusahaan yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jalan Sugapa - Enarotali.

Sekitar pukul 09.45 WIT, pada saat akan mendarat di lapangan terbang Homeyo, terjadi gangguan angin dari arah kiri pesawat. Pesawat mencoba menghindari angin dan pilot berusaha untuk mendarat ke arah kiri.

Tapi, saat menyentuh landasan, roda pesawat tiba-tiba patah. Akibatnya, sayap kiri pesawat terseret ke landasan termasuk baling-balingnya. Meski sempat menabrak gunung, sambung Wachyono, pilot dan mekanik selamat. "Tidak ada korban jiwa, BBM yang diangkut juga aman," ujar dia.
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Pesawat Tabrak Gunung di Papua

Banjir Genangi Jalur Kereta Api di Pasuruan

PASURUAN, KOMPAS.com — Banjir kiriman melanda puluhan desa di 8 kecamatan setelah sehari hujan mengguyur wilayah pegunungan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Banjir terjadi setelah sejumlah sungai tidak mampu menampung derasnya debit air. Tak hanya itu, banjir juga menggenangi arus lalu lintas di jalur pantura dan jalur rel kereta api, Jumat (3/2/2012).

Puluhan desa yang dilanda banjir itu tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Bugul Kidul, Beji, Bangil, Pandaan, Rembang, Winongan, Rejoso, dan Grati. Kecamatan terparah di Kecamatan Bangil karena tercatat delapan desa yang rumahnya terendam genangan air. Ketinggian air mulai 50 sentimeter hingga 1 meter.

"Kemungkinan air akan terus naik, karena hujan di wilayah pegunungan juga masih deras. Untuk itu petugas masih mengumpulkan data-data desa yang dilanda banjir," ujar Yudha Triwidya Sasongko, Ketua BPBD Kabupaten Pasuruan.

Penyebab meluasnya banjir kiriman akibat beberapa sungai tak mampu menampung derasnya aliran air dari wilayah pegunungan. Di antaranya Sungai Kedung Larangan, Sungai Rejoso, dan Sungai Blandongan.

"Air meluber hingga ke jalan raya dan perkampungan. Dan, ini paling terparah selama musim penghujan," ujar Munawar, warga Blandongan, Bugul Kidul.

Selain puluhan desa, genangan air juga merendam arus lalu lintas di jalur pantura, tepatnya di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, dan Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan. Arus lalu lintas dari Pasuruan menuju Probolinggo-Banyuwangi atau sebaliknya merambat hingga 4 kilometer.

Sementara jalur kereta api yang terendam air setinggi 20 sentimeter di Km 1 Stasiun Kota Pasuruan. "Semoga saja kereta api Mutiara Timur tak terganggu karena air yang biasa menggenangi jembatan ini cepat surut," ujar Marhadi, Kabag Pengawas Rel Stasiun Kota Pasuruan.
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Banjir Genangi Jalur Kereta Api di Pasuruan

Banyak Seni Sakral Beralih Fungsi Hiburan

DENPASAR, KOMPAS.com--Pengamat sosial dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Dr Wayan Suarjaya, menilai, banyak kesenian sakral di Bali beralih fungsi menjadi seni hiburan.

"Padahal seni sakral sangat terkait dengan ruang, waktu, dan proses untuk melengkapi kegiatan ritual umat Hindu," katanya di Denpasar, Kamis.

Mantan Dirjen Bimas Hindu Departemen Agama itu menambahkan bahwa fungsi dan makna seni sakral sangat terkait dengan aktivitas keagamaan sehingga saling melengkapi antara kegiatan ritual dan pementasan.

Sebaliknya seni tari itu bisa menjadi sakral dan bermakna, jika didukung oleh pelaksanaan upacara keagamaan. "Kondisi di Bali saat ini antara sakral dan profan sangat berimpitan," katanya.

Menurut dia, di Bali secara konseptual setiap aktivitas seni atau kesenian seprofan apa pun selalu diawali dengan proses ritual.

Oleh sebab itu, jika ingin masih tetap menempatkan kesakralan sebuah kesenian, maka pada waktu pelaksanaan upacara di pura atau tempat suci milik keluarga, termasuk disaksikan wisatawan hendaknya memenuhi aturan yang berlaku selama ini di masyarakat setempat, meskipun tidak ada aturan tertulis.

Wayan Suarjaya berpendapat bahwa aktivitas seni dan keagamaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa sehingga pelaksanaannya tidak bisa lepas dengan adat, budaya, dan agama Hindu.

Adat dan budaya mengemas pelaksanaan aktivitas keagamaan sehingga menambah kemantapan keyakinan umat Hindu, sedangkan budaya dan adat dijiwai oleh agama yang dianut masyarakat Bali.

"Agama, adat dan budaya ibarat sebutir telur, intinya adalah agama, putih telurnya sebagai pembungkus kuning telur sebagai adat, sedangkan yang tampak paling besar adalah kulit telur sebagai budaya yang ketiganya saling melengkapi dan saling mengisi, sekaligus menentukan keberhasilan dalam aktivitas keagamaan dan budaya masyarakat Bali," Wayan Suarjaya.
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Banyak Seni Sakral Beralih Fungsi Hiburan

Budaya: Bahasa Tandia di Papua Barat Punah


MANOKWARI, KOMPAS.com - Bahasa asli penduduk Tandia, Distrik Rasiei, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, dipastikan punah. Saat ini idak ada lagi penuturnya, dan tak lagi dikenal oleh masyarakat sukunya.
Faktor pemekaran wilayah hingga perkawinan antarsuku, diduga menjadi penyebab kepunahan bahasa daerah itu.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Bahasa dan Budaya Universitas Negeri Papua (Unipa), Andreas Deda, Jumat (3/2/2012), bahasa Tandia milik suku Mbakawar (Tandia) diperkirakan sudah punah sejak tahun 1970-an.
Sebelumnya, bahasa daerah ini diduga mati, maksudnya ada penuturnya tetapi tak digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Namun, setelah dilakukan penelitian pada awal 2011, ternyata tidak ada lagi masyarakat suku Mbakawar yang tersebar di empat kampung di Distrik Rasiei, menguasai dan menggunakan bahasa itu sehari-hari.
Dari tiga orang warga yang dijadikan nara sumber, semuanya lanjut usia, ternyata hanya menguasai kurang dari 30 suku kata dan frase bahasa Tandia.
"Tidak ada lagi penduduk asli suku Mbakawar yang bisa bahasa Tandia. Sehari-hari, mereka memakai bahasa Wandamen, bahasa suku Wamesa yang juga mendiami daerah Teluk Wondama," kata Andreas.

Punahnya bahasa Tandia disebabkan sejumlah faktor, di antaranya perkawinan antarsuku yang terjadi selama ratusan tahun. Banyaknya laki- laki suku Mbakawar menikahi perempuan suku Wamesa (Wandamen), mengakibatkan anak-anak mereka lebih mengenal bahasa ibunya, ketimbang bahasa dari keluarga ayahnya.
Pusat keramaian di daerah Teluk Wondama adalah di kampung suku Wamesa, sehingga bahasa pergaulan yang lebih banyak dipakai adalah bahasa Wandamen.
Selain itu, pewarisan bahasa Tandia terhalang mitos yang berkembang di kalangan suku mereka sendiri. Ada keyakinan, jika anak suku Mbakawar menggunakan bahasa Tandia saat orang tuanya masih hidup, maka dia akan celaka. Bahasa ini dianggap tabu digunakan dalam percakapan antar orang tua dan anaknya.
Penyebab lainnya, tambah dosen linguistik Unipa, Hendrik Arwam, adalah pemekaran wilayah yang jamak terjadi di tanah Papua.
Pengguna dan penutur bahasa menjadi lebih sedikit, karena terpisah wilayah administrasi. Ditambah lagi, kesadaran orang tua mengenalkan dan membiasakan anak-anaknya menggunakan bahasa daerah.
Sejarah panjang mobilisasi dan penaklukan suku tertentu terhadap wilayah suku lain di tanah Papua, juga menyebabkan bahasa dari sebuah suku tidak digunakan lagi dan hilang. Tak jarang, malah memunculkan ragam bahasa daerah baru, yang merupakan percampuran bahasa suku asli dangan suku penakluk.
Diperkirakan 30 dari 58 bahasa daerah di Papua Barat punah selama 20 tahun terakhir. Selain itu, 10-15 bahasa daerah juga dipastikan mati, karena tidak pernah digunakan lagi oleh penuturnya, seperti bahasa Meyah, Mpur, Dusner, dan Karondori.
Andreas menyesalkan pemda serta lembaga dewan adat tidak tanggap dengan kondisi seperti ini. Seharusnya, pemda mengajarkan bahasa daerah pada kurikulum muatan lokal di sekolah, sementara lembaga dewan adat tidak hanya mengurusi politik, yang bukan sepenuhnya urusan lembaga adat.
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Budaya: Bahasa Tandia di Papua Barat Punah

Jumat, 03 Februari 2012

Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam


Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam
TEMPO.CO, Post Moresby - Regu penyelamat telah mengevakuasi 230 orang dari perkiraan 350 penumpang kapal feri milik Papua Nugini yang tenggelam di wilayah pantai timur Papua Nugini, Kamis 2 Februari 2012. Sebuah pesawat milik Australia, tiga helikopter dan delapan kapal dikerahkan.

Feri bernama Rabaul Queen itu berangkat dari Pelabuhan Kimbe di Pulau New Britain, menuju ke Kota Lae. Kapal itu tenggelam di 80 kilometer sebelah timur Lae yang merupakan kota terbesar kedua di negara selatan Samudra Pasifik tersebut.

Dari lokasi kejadian dilaporkan feri terbalik dan tenggelam empat jam kemudian. Australian Broadcasting Corp menyebutkan sebagian besar penumpang adalah mahasiswa, pelajar dan guru.

Kepala Badan Cuaca Nasional (National Weather Service), Sam Maiha, mengatakan perusahaan kapal telah diberi peringatan perihal ancaman cuaca buruk.

Perdana Menteri Papua Nugini Sam O’Neill belum bisa memastikan penyebab tenggelamnya kapal. Namun, kemungkinan besar sistem keamanan adalah salah satu penyebabnya.

“Perusahaan-perusahaan harus meningkatkan sistem keamanannya,” ujar O’Neill kepada wartawan.

Juru Bicara Otoritas Keselamatan Maritim Australia, Carly Lusk, mengatakan, “Pesawat pertama regu penyelamat melemparkan pelampung dan perahu karet bagi korban.” Ia menambahkan, sebanyak 238 korban berhasil diselamatkan.

Koordinator regu penyelamat, Kapten Nurur Rahman, belum mengkonfirmasikan kepastian jumlah penumpang yang berada dalam kapal nahas tersebut. “Saya belum bisa memastikan apakah benar terdapat 350 penumpang di feri itu,” ujarnya.

Pencarian korban kemungkinan ditunda sampai Jumat karena buruknya cuaca. Ia mengatakan sampai kini belum ada lagi korban yang ditemukan. “Saya berharap semakin banyak korban selamat yang ditemukan,” kata Rahman.

Korban selamat sebagian menderita luka ringan, walaupun terdapat seorang korban yang mengalami patah tulang.

Sementara itu, perusahaan yang menjadi operator Kapal Rabaul Queen belum mau memberikan keterangan terkait kecelakaan.
Kapal Feri Tenggelam di Papua Nugini, 100 Orang Masih Hilang
Sydney - Regu penyelamat masih mencari 100 orang yang masih hilang saat tenggelamnya kapal MV Rabual Queen di Papua Nugini. Sejauh ini regu penyelamat telah berhasil menyelamatkan 238 korban dari 350 penumpang kapal.

Menurut Lembaga Keselamatan Maritim Australia (AMSA), kapal tersebut tenggelam saat berjarak 16 kilometer dari lepas pantai dan para korban yang selamat telah berada di sebelah timur Kota Lae.

"Lima kapal, dengan total 238 korban yang berada di atas kapal, melanjutkan pejalan menuju Lae dengan kapal yang pertama tiba lama setelah pukul 01.00 dini hari," ujar AMSA, seperti diberitakan AFP,Jumat (3/1/2012).

"Para penumpang yang dipindahkan ke Lae di bawah koordinasi pemerintah PNG," tambahnya.

AMSA menambahkan, tiga kapal masih berada di tempat kejadian untuk melanjutkan pencarian dan dibantu oleh dua pesawat Australia dan dua helikopter lokal.

Pemilik kapal mengatakan pihaknya kehilangan kontak dengan MV Rabaul Ratu saat melakukan perjalanan antara Kimbe dan Lae.

Dalam sebuah pernyataan pemilik kapal, terdapat 350 penumpang dan 12 awak yang berada di atas buatan Jepang itu. Para penumpang adalah penduduk lokal Papua Nugini dan pelajar yang hendak menuju Lae.

Perusahaan itu mengatakan masih belum mengetahui secara penyebab kapal tersebut tenggelam. "Ini dipahami bahwa kapten feri rutin melakukan kontak dengan kapal lain sebelum tenggelam," kata perusahaan tersebut.

"Tampaknya tidak ada indikasi gangguan selama komunikasi ini." jelasnya. Dikatakanya, mereka mulai sadar ada yang tidak beres saat kapal tidak terlihat di dalam radar. (fiq/rdf).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam

Kebakaran di Entrop, Kerugian Rp 10 M


JAYAPURA – Meski tidak ada korban jiwa, namun kebakaran yang menghanguskan 8 bangunan di daerah Bucen 2 Entrop Jayapura kemarin Rabu (1/2)sekitar 17.00wit, menimbulkan kerugian yang sangat besar yakni mencapai Rp 10 miliar . Kerugian material ini meliputi bangunan dan isinya.
Hal ini dikatakan Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol Wachyono kepada Bintang Papua ketika dikonfirmasi di Jayapura Kamis (2/2). “ Untuk kebakaran kemarin yang terjadi di Bucen 2 Entrop yang melahap bangunan serta seluruh isinya habis mencapai kerugian sekitar Rp 10 milyard,”katanya.
Lanjut Kabid Humas Polda Papua Wachyono “ untuk sementara penyebab kebakaran masih lidik dan masih dalam penyelidikan yang langsung ditangani oleh Pihak Polda Papua dengan melakukan olah TKP . “Dan untuk penyidikan kami telah melakukan pemeriksaan kepada tiga orang saksi yakni NA, AGS, A,” lanjut Wachyono. Ia mengatakan untuk sementara saksi akan diminta keterangan yang akan diperkuat oleh pengumpulan barang bukti dan proses penyidikan masih terus di lakukan. Sedangkan untuk korban jiwa sendiri tidak ada tegas Wachyono,”.(cr32/don/l03).
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - Kebakaran di Entrop, Kerugian Rp 10 M

Kamis, 02 Februari 2012

Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam

Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam
TEMPO.CO, Post Moresby - Regu penyelamat telah mengevakuasi 230 orang dari perkiraan 350 penumpang kapal feri milik Papua Nugini yang tenggelam di wilayah pantai timur Papua Nugini, Kamis 2 Februari 2012. Sebuah pesawat milik Australia, tiga helikopter dan delapan kapal dikerahkan.

Feri bernama Rabaul Queen itu berangkat dari Pelabuhan Kimbe di Pulau New Britain, menuju ke Kota Lae. Kapal itu tenggelam di 80 kilometer sebelah timur Lae yang merupakan kota terbesar kedua di negara selatan Samudra Pasifik tersebut.

Dari lokasi kejadian dilaporkan feri terbalik dan tenggelam empat jam kemudian. Australian Broadcasting Corp menyebutkan sebagian besar penumpang adalah mahasiswa, pelajar dan guru.

Kepala Badan Cuaca Nasional (National Weather Service), Sam Maiha, mengatakan perusahaan kapal telah diberi peringatan perihal ancaman cuaca buruk.

Perdana Menteri Papua Nugini Sam O’Neill belum bisa memastikan penyebab tenggelamnya kapal. Namun, kemungkinan besar sistem keamanan adalah salah satu penyebabnya.

“Perusahaan-perusahaan harus meningkatkan sistem keamanannya,” ujar O’Neill kepada wartawan.

Juru Bicara Otoritas Keselamatan Maritim Australia, Carly Lusk, mengatakan, “Pesawat pertama regu penyelamat melemparkan pelampung dan perahu karet bagi korban.” Ia menambahkan, sebanyak 238 korban berhasil diselamatkan.

Koordinator regu penyelamat, Kapten Nurur Rahman, belum mengkonfirmasikan kepastian jumlah penumpang yang berada dalam kapal nahas tersebut. “Saya belum bisa memastikan apakah benar terdapat 350 penumpang di feri itu,” ujarnya.

Pencarian korban kemungkinan ditunda sampai Jumat karena buruknya cuaca. Ia mengatakan sampai kini belum ada lagi korban yang ditemukan. “Saya berharap semakin banyak korban selamat yang ditemukan,” kata Rahman.

Korban selamat sebagian menderita luka ringan, walaupun terdapat seorang korban yang mengalami patah tulang.

Sementara itu, perusahaan yang menjadi operator Kapal Rabaul Queen belum mau memberikan keterangan terkait kecelakaan.
Kapal Feri Tenggelam di Papua Nugini, 100 Orang Masih Hilang
Sydney - Regu penyelamat masih mencari 100 orang yang masih hilang saat tenggelamnya kapal MV Rabual Queen di Papua Nugini. Sejauh ini regu penyelamat telah berhasil menyelamatkan 238 korban dari 350 penumpang kapal.

Menurut Lembaga Keselamatan Maritim Australia (AMSA), kapal tersebut tenggelam saat berjarak 16 kilometer dari lepas pantai dan para korban yang selamat telah berada di sebelah timur Kota Lae.

"Lima kapal, dengan total 238 korban yang berada di atas kapal, melanjutkan pejalan menuju Lae dengan kapal yang pertama tiba lama setelah pukul 01.00 dini hari," ujar AMSA, seperti diberitakan AFP,Jumat (3/1/2012).

"Para penumpang yang dipindahkan ke Lae di bawah koordinasi pemerintah PNG," tambahnya.

AMSA menambahkan, tiga kapal masih berada di tempat kejadian untuk melanjutkan pencarian dan dibantu oleh dua pesawat Australia dan dua helikopter lokal.

Pemilik kapal mengatakan pihaknya kehilangan kontak dengan MV Rabaul Ratu saat melakukan perjalanan antara Kimbe dan Lae.

Dalam sebuah pernyataan pemilik kapal, terdapat 350 penumpang dan 12 awak yang berada di atas buatan Jepang itu. Para penumpang adalah penduduk lokal Papua Nugini dan pelajar yang hendak menuju Lae.

Perusahaan itu mengatakan masih belum mengetahui secara penyebab kapal tersebut tenggelam. "Ini dipahami bahwa kapten feri rutin melakukan kontak dengan kapal lain sebelum tenggelam," kata perusahaan tersebut.

"Tampaknya tidak ada indikasi gangguan selama komunikasi ini." jelasnya. Dikatakanya, mereka mulai sadar ada yang tidak beres saat kapal tidak terlihat di dalam radar. (fiq/rdf).

READ MORE - Feri Papua Nugini Berpenumpang 350 Orang Tenggelam

‘Si Jago Merah’ Ngamuk, Mobil Pemadam Diteriaki


JAYAPURA - ‘Si jago merah mengamuk’ enam (6) unit rumah toko (ruko) maupun kios, di Kompleks Bumi Cenderawasih (Bucend) II Entrop, ludes terbakar. Musibah kebakaran ini terjadi Rabu (01/02) kemarin sore sekitar pukul 15.10 WIT.
Sumber api diduga berasal dari salah satu tempat usaha yang dijadikan bengkel, kemudian menyebar ke beberapa kios maupun ruko, dimana sampai berita ini diturunkan belum diketahui siapa pemiliknya.
Peristiwa kebakaran ini sempat membuat jalanan di sepanjang jalan raya Kompleks Bucend II atau Ardipura Bawah menjadi macet total selama satu jam setengah dan menjadi tontonan warga yang ingin datang melihat musibah kebakaran tersebut.
Berdasarkan Pantauan Bintang Papua, saat api sudah berkobar tinggi atau sekitar setengah jam kemudian mobil pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Jayapura yang berada di Distrik Jayapura Selatan ini datang ke lokasi, namun sagat disayangkan oleh warga, dikarenakan mobil Damkar tersebut tidak bisa berfungsi alias rusak, semprotan air dari mobil Damkar tersebut tidak bisa mengeluarkan air guna memadamkan kobaran api yang sudah membesar.
Mobil Damkar yang tidak bisa berfungsi ini langsung mendapatkan cemohan warga yang ada di sekitar lokasi kebakaran dan menyuruhnya pulang saja. “Untuk apa kalian (mobil Damkar) datang, yang hanya Cuma menambah kekecewaan dan kemarahan kepada kami disini,” kata salah satu warga yang tidak mau namanya di korankan. Yang sangat disanyangakn warga ternyata lokasi kebakaran itu tidak jauh dari tempat ‘Markasnya’ Mobil Pemadam milik Kota Jayapura. Kalau musibah dekat saja seperti ini tidak bisa diatasi lantas bagaimana kalau kejadiannya di luar Entrop. “Harusnya mobil pemadam seperti itu selalu siap di tempat, kalau tidak apa gunanya dibeli pemerintah,”jelas warga lainnya.. Saat itu juga korban kebakaran bersama warga sekitar serta dibantu oleh aparat kepolisian bahu membahu untuk memadamkan api yang sudah membesar dan menjalar ke sudut-sudut lainnya, tak lama kemudian mobil Water Cannon dari Polresta Kota Jayapura dan empat unit mobil tangki air, juga datang untuk membantu memadamkan kobaran api yang semakin membesar, sehingga kobaran api sudah agak mengecil.
Ketika Bintang Papua hendak menanyakan mengenai musibah kebakaran ini kepada salah satu korban, tapi korban enggan memberikan komentar dan korban terus menangisi, yang tak disangka tempat usaha butiknya juga ikut terbakar.
Kebakaran ini begitu cepat terjadi, dikarenakan semua bahan-bahan yang ada baik di rumah toko maupun kios tersebut merupakan barang-barang yang mudah terbakar contohnya yang diduga api berasal dari bengkel ini didalamnya banyak tersimpan bahan bakar minyak (BBM) maupun yang terbuat dari bahan karet seperti oli dan ban.
Sedangkan di beberapa tempat lain yang juga ikut dilalap si jago merah merupakan barang-barang yang mudah terbakar di tempat sablon, penjahit maupun butik, dimana barang-barangnya mudah terbakar seperti tinta, kain maupun pakaian jadi.
Sementara itu, saksi Citra (30) Ibu Rumah Tangga (IRT) mengatakan, saat itu dirinya berada didalam dapur mendengar suara gaduh dari luar sekitar pukul 15.10 WIT dan langsung keluar dari dapur melihat apa yang terjadi sebenarnya, namun dirinya kaget bahwa telah terjadi peristiwa kebakaran yang tak jauh dari arah rumahnya.
“Saya yang berada di dapur mendengar suara gaduh dan ribut dari luar rumah, ketika itu juga saya keluar dari dapur melihat asap hitam sudah mengepul dan kobaran api sudah sangat besar sekali dan saya kembali masuk kedalam rumah lagi untuk memberitahukan kepada suami dan anak-anak saya adanya musibah kebakaran yang tak jauh dari rumah kami, setelah itu suami saya menyuruh keluar dari rumah dengan membawa anak-anak dan suami yang keluar rumah belakangan dengan membawa keluar barang-barang berharga milik kami,” tutur Citra yang dimana rumahnya selamat dari musibah kebakaran ini.
Kerugian dari kebakaran ini ditaksir sekitar ratusan juta rupiah, diantaranya rumah toko (Ruko) yang ikut terbakar ini baru saja selesai dibangun dengan dua lantai, kios kelontongan, begkel motor, sablon, penjahit dan butik Lily bangunan dengan dua lantai dan sampai berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian. (CR-36/don/l03)
--------------------------------
OPERASI SANDI "AWAS!"
Pemangku Alam dan Adat
READ MORE - ‘Si Jago Merah’ Ngamuk, Mobil Pemadam Diteriaki