Sabtu, 11 September 2010

Meregang Nyawa di Open House Istana


Bukan kali ini saja acara seperti membawa korban jiwa.

VIVAnews - Joni Malela, 45, barangkali tak pernah menyangka sebelumnya, bahwa dirinya bakal menemui ajal di Hari Raya Idul Fitri. Alih-alih mendapat uang Rp100 ribu, pria tunanetra asal Garut ini malah merengang nyawa saat mengantre di Istana Negara untuk bersalaman dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Penyebab tewasnya Joni sebetulnya belum dapat dipastikan secara medis. Sebab, dokter hanya memeriksa bagian luar tubuhnya. Dokter forensik RSCM, Wibisana Widyatmaka menyebutkan, tidak ada luka akibat kekerasan. "Dari hasil pemeriksaan dari kepala hingga kaki, tidak ada tanda-tanda kekerasan," ungkapnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Namun, yang bisa dipastikan, berdasarkan keterangan Menteri Kesehatan Endang Sedyaningsih usai melihat kondisi jenazah, Joni tewas bukan karena terinjak atau akibat kekerasan. "Sudah dilakukan pemeriksaan luar dan tidak dijumpai ada tanda-tanda kekerasan atau diinjak-injak," kata Endang.

Dalam keterangan persnya, Endang menyatakan, tim forensik siap jika keluarga bersedia untuk melakukan otopsi. Namun, Euis Rusmiati, istri Joni yang juga tunanetra dan agak tuli ini tidak bersedia jasad suaminya diotopsi.

"Setelah tadi bertemu, beliau (Euis) meminta langsung dimakamkan saja. Beliau ikhlas, langsung dimakamkan saja," ucap Endang setelah berdialog dengan Euis di kamar jenazah RSCM.

Berawal dari acara open house yang diadakan Presiden SBY di Istana Negara, Joni dan ribuan warga lainnya mendatangi Istana Negara. Saking banyaknya warga yang antre, desak-desakan pun terjadi. Joni yang terkulai lemah akibat berdesakan, segera dipapah petugas untuk diberikan pertolongan. Namun tak berdaya, Joni pun pingsan dan akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.

Ribuan warga berdesakan, mereka saling dorong masuk Istana Negara untuk bersalaman dengan Presiden SBY. Ribuan warga nampaknya khawatir, tak mendapat kesempatan bertemu Presiden SBY.

Nampaknya, bersalaman dengan Presiden bukan satu-satunya alasan warga rela antre lama-lama. Sebelumnya, beredar kabar bahwa akan ada pembagian uang sebesar Rp 300 ribu. "Katanya dapat Rp 300 ribu," kata Rina, seorang warga yang rela antre sebelum open house dibuka.

Hal yang sama juga dikatakan Ani, warga Tangerang. "Saya dapat kabar katanya dikasih Rp 300 ribu, makanya saya datang," ujar Ani.

Namun kabar pembagian uang dibantah pihak Istana. Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha malah mempertanyakan kabar itu. "Keliru. Tidak ada pembagian duit. Itu kabar yang tidak bertanggung jawab. Dari mana ada kabar itu?" kata Julian yang menyesali informasi sesat itu.

Sebetulnya, kericuhan saat open house bukan kali ini saja terjadi. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pernah merasakan imbasnya mengadakan open house. Terlebih, acara silaturahmi itu disisipkan dengan pembagian sedekah, sembako atau apapun namanya.

Demi menghindari terulangnya kejadian serupa, gubernur DKI ini tidak mau ambil resiko. Dan menghentikan kegiatan open house disertai pembagian sedekah mulai tahun ini. "Tertutup untuk masyarakat umum," ujar Foke begitu sapaan Fauzi Bowo.

Dalam acara tahun lalu itu, Foke menyediakan 6000 paket sembako untuk warga kurang mampu di Jakarta. Gubernur juga menyiapkan angpao Rp 40 ribu untuk setiap warga. Hal itu jelas mengundang antusiasme warga. Tua, muda, laki-laki, perempuan, dan anak-anak pun menyemut di Balai Kota sejak pagi, hingga terjadilah kericuhan. VIVAnews


--------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Meregang Nyawa di Open House Istana