Rabu, 11 Agustus 2010

Elpiji Kembali Meledak dan Lukai Warga


Liputan6.com, Purwakarta: Ledakan Elpiji 3 kg kembali meledak dan melukai warga. Arifin (31) kini hanya bisa mengerang kesakitan, warga Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini, terkena ledakan gas elpiji saat hendak menyalakan kompor gasnya, Rabu (11/8). Muka Arifin pun mengalami luka bakar yang cukup parah. Tak hanya muka, tangan dan kaki korban pun ikut terbakar.

Menurut istri korban, kejadian naas itu terjadi ketika tabung Gas 3 kg yang hendak dinyalakan suaminya tiba-tiba mengeluarkan percikan api dan meledak. Arifin sempat melempar tabung gas tersebut keluar. Namun naas baginya, saat tabung dilempar, api malah membakar tubuhnya hingga mengenai wajah. Korban kini dirawat intensif di RSUD Banyu Asih, Purwakarta. Sementara kompor gas dan tabungnya disita Polsek Bojong, Purwakarta, sebagai barang bukti.(APY/AYB)

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Elpiji Kembali Meledak dan Lukai Warga

Nelayan Selat Makassar Diimbau Berhati-hati

Liputan6.com, Sangata: Informasi ini penting bagi nelayan yang kerap melaut di Selat Makassar. Saat ini, tinggi gelombang laut di selatan Selat Makassar terus meningkat akibat pola embusan angin pasat timur yang melanda sebagian besar wilayah selatan dan tenggara Indonesia. "Kondisi juga ternyata berpengaruh besar pada nasib nelayan di Kutai Timur," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandar Udara Temindung, Kalimantan Timur, Raden Ishak, Rabu (11/8).

Berdasarkan data BMKG, imbuh Ishak, kecepatan angin di laut saat ini rata-rata meningkat hingga 40 knot. "Meski tergolong kencang kondisi ini masih fase awal angin pasat timur," jelas Ishak. Ia mengingatkan, tinggi gelombang laut saat ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu sehingga mempengaruhi kondisi nelayan-nelayan tradisional untuk melaut.

"BMKG Kaltim memprakirakan, puncak ketinggian gelombang laut di selatan selat Makassar bisa mencapai 1,5-2,5 meter pada Agustus ini. Bahkan, tinggi gelombang bisa saja mencapai empat meter lebih," tegasnya. Puncak gelombang akan berlangsung hingga pertengahan Agustus 2010. Potensinya memang cukup besar," ucapnya.

Dia menambahkan, embusan angin saat ini tidak dipengaruhi peralihan ke musim kemarau. Melainkan hanya menimbulkan lebih banyak awan hujan karena tingginya kelembaban udara di beberapa wilayah tertentu termasuk di Kalimantan Timur. Untuk itu, ia mengingatkan agar nelayan-nelayan tradisional diharapkan lebih berhati-hati saat melaut. "Atau lebih baik istrahat dululah," katanya.

Adapun pada hari ini puluhan kapal milik nelayan Sangata masih berlabuh di Pelabuhan Kenyamukan dan di sepanjang Jalan Pendidikan. "Kami belum berani melaut karena tinggi gelombang masih menakutkan nelayan," kata Tjambang, salah seorang nelayan Sangata.(ANS/Ant)


------------------------
" Alam dan Adat Bicara"

READ MORE - Nelayan Selat Makassar Diimbau Berhati-hati

Salah Memutar, Merpati Tak Bisa Kembali


JAYAPURA, KOMPAS.com — Pesawat Merpati Boeing 737-300 PK-MDC yang mendarat di Bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat, Selasa (10/8/2010), diduga salah posisi memutar di ujung landasan sehingga tidak bisa kembali ke apron.

Pesawat yang membawa penumpang dari Jakarta-Makassar itu diturunkan di ujung landasan. "Pesawat mendarat mulus saja. Tetapi saya lihat, kok, tidak berhenti di tempat putaran. Malah terus jalan ke ujung landasan sehingga tidak bisa memutar," ujar Yohanis Sampe, warga Manokwari yang sedang mengantar anaknya berangkat ke Jayapura, Selasa pagi.

Lebih lanjut, ia menghitung jarak roda ban pesawat depan berada pada jarak 6 meter dari ujung landasan. Sedangkan moncong pesawat berada di atas landasan.

Jika pesawat tidak berhenti beberapa saat, badan pesawat bisa tergelincir ke parit ujung landasan. "Kami kecewa keamanan penerbangan Merpati terlalu rendah. Apa pilot mengantuk atau asyik ngobrol sehingga bisa kelewatan tempat memutar," ujarnya.

Ia mengatakan, pesawat itu tiba di Rendani sekitar pukul 06.30. Karena pesawat berhenti di ujung landasan pacu, para petugas terpaksa membawa tangga turun penumpang ke ujung landasan juga.

Kini badan pesawat seberat berton-ton sedang didorong petugas dibantu puluhan masyarakat ke arah apron tanpa alat.


------------------------
" Alam dan Adat Bicara"

READ MORE - Salah Memutar, Merpati Tak Bisa Kembali