Sabtu, 24 Juli 2010

Dihempas Ombak Tinggi, Kapal Pesiar Terdampar di Pacitan


Pacitan - Gara-gara terhempas gelombang pasang, sebuah kapal pesiar terdampar di Teluk Teleng Ria, Pacitan. Kapal jenis motor yacht bernama Seavani 1 itu awalnya sengaja berlindung karena mengalami kerusakan mesin.

Usai kejadian, seorang ABK bernama Jimmy Cyril Visser (49) warga Afrika Selatan berusaha mengurus klaim asuransi ke Jakarta. Sementara dua awak lain, masing-masing nakhoda berkebangsaan Afrika Selatan Brent Connan Harper (32) dan Ricard Collin Perot (32) warga Inggris pergi ke Bali dengan jalan darat.

Saat ditinggal itulah, datang gelombang pasang yang menyeret kapal ke pinggir. Kuatnya hempasan membuat jangkar tak kuat menahan kapal. Bahkan kapal berukuran 16.40 meter tersebut mengalami pecah pada bagian buritan kanan dan kiri.

"Kita sudah membantu evakuasi. Semua isi kapal sudah diturunkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Di dalamnya ada 3 jet ski, tabung oksigen dan peralatan lain," ujar Kasatpolair Pacitan Aipda Yahudi dihubungi detiksurabaya.com, Sabtu (23/7/2010).

Informasi yang dihimpun, kapal pesisir milik warga Inggris tersebut berangkat dari Bali tujuan Mantawai, Sumatra Barat melalui jalur Laut Jawa. Namun ternyata, kapal melewati Samudera Indonesia. Pantauan detiksurabaya.com, sampai pukul 07.30 WIB pagi ini kapal masih berada di pinggiran pantai dengan posisi miring ke kiri. "Penangannnya akan dilakukan langsung pihak asuransi," terang Yahudi. (fat/fat)

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Dihempas Ombak Tinggi, Kapal Pesiar Terdampar di Pacitan

Elpiji Meledak di Pusat Perbelanjaan


Liputan6.com, Pontianak: Ledakan elpiji kembali terulang. Kali ini gas berukuran 12 kilogram meledak di Food Bazzar Ayani Mega Mall di Jalan Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (24/7). Ledakan terjadi saat di tempat pusat makanan ini ramai pengunjung sehingga sempat menimbulkan kepanikan.

Ledakan elpiji di counter makanan itu menimbulkan api. Namun kejadian ini tidak sempat menimbulkan kebakaran besar. Saat ditemui SCTV, pengelola Ayani Mega Mall membantah telah terjadi ledakan. Namun di lokasi kejadian kompor gas dan gas elpiji sisa ledakan masih terlihat.

Sementara di Tangerang, Banten, penukaran selang dan regulator tabung elpiji berlogo Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai dilakukan. Sejumlah warga antusias mendatangi tempat penukaran aksesori tabung gas yang ditunjuk.

Warga Kampung Kelapa, Cikokol, Kota Tangerang, sejak pagi hilir mudik ke kediaman Ketua RT di kawasan itu yang ditunjuk sebagai salah satu tempat untuk menukar selang dan regulator. Untuk mendapatkan selang baru warga cukup menukar selang lama plus uang Rp 15 ribu. Sedangkan untuk regulator baru cukup ditukar dengan regulator lama dan uang Rp 20 ribu.(IAN)

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Elpiji Meledak di Pusat Perbelanjaan

Malaysia; Suku Asli Semenanjung Malaya Terlunta


KOMPAS.com - Hanya beberapa jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia yang megah, puluhan ribu warga suku asli Semenanjung Malaya yang dikenal sebagai orang Semai hidup terlunta-lunta dibelit kemiskinan. Itulah ironi pembangunan Malaysia yang konon sejak tahun 1970 menerapkan New Economic Policy yang berpihak pada golongan Bumiputera.

New Economic Policy (NEP) memang berhasil memajukan perekonomian golongan Bumiputera, terutama yang berafiliasi politik kepada UMNO dan Barisan Nasional. Namun, pemandangan kontras terlihat di kampung-kampung Orang Asli, termasuk di dalamnya suku Semai yang dijuluki forgotten Malaysian atau orang Malaysia yang terlupakan.

Bocah-bocah cilik setengah telanjang terlihat di gubuk-gubuk di permukiman Semai di Kampung Bertang Lama. Perut mereka membuncit, rambut kemerahan, pertanda kekurangan gizi. Kampung yang dihuni sekitar 300 jiwa itu terletak di dekat Cheroh, sebuah kota kecil di tengah Negara Bagian Pahang di pegunungan Titiwangsa, dataran tinggi di Semenanjung Malaya.

Suku Semai dikenal hidup nomaden (berpindah), tetapi kini sebagian besar hidup menetap di sejumlah perkampungan. Perkampungan Semai tidak memiliki fasilitas dasar yang disediakan pemerintah terhadap perkampungan Melayu, seperti sarana air leding, listrik, kesehatan, dan jalan aspal.

Pasokan pangan juga minim di perkampungan Semai. Warga masih hidup secara subsisten dengan berburu dan mencari bahan mentah di alam bebas, seperti rotan dan kayu agar. Namun, tidak banyak uang yang didapat dari mengumpulkan hasil hutan. Hutan Malaya yang menjadi sumber penghidupan orang Semai semakin menyusut karena industri kayu dan perkebunan sawit yang berkembang pesat.

Saat ini diperkirakan ada 45.000 orang Semai di Semenanjung Malaya. Mereka adalah bagian dari 150.000 suku asli yang terbagi dalam 19 kelompok bahasa yang hidup di Semenanjung Malaya atau yang dikenal sebagai Malaysia Barat.

Koordinator Pusat Orang Asli Colin Nicholas yang ditemui rombongan wartawan, Selasa, (20/7) mengatakan, suku Semai dan suku asli lainnya menjadi warga Malaysia yang terlupakan dan tidak terlihat oleh pemerintah. ”Semai semasa operasi militer Inggris terhadap gerilyawan komunis pada tahun 1950-an semasa Malaya Emergency merupakan ujung tombak dalam pertempuran rimba. Jasa-jasa mereka kini dilupakan begitu saja,” ujar Nicholas. ara politisi Malaysia menjual janji kepada Orang Asli untuk memilih mereka. Setelah itu, Orang Asli kembali dilupakan karena jumlah mereka memang sedikit. Saat ini penduduk Malaysia tercatat sekitar 28 juta jiwa.

”Mereka diabaikan pemerintah karena jumlahnya tidak signifikan dan tidak bisa memberikan tekanan politik. Mereka sudah di ambang kehancuran secara sosial, budaya, ekonomi, dan politik,” kata Nicholas. Meski demikian, diakui, beberapa perkampungan Orang Asli yang berada tidak jauh dari pusat-pusat perekonomian memiliki kesempatan hidup yang lebih baik.

Penderitaan warga Bertang Lama muncul ke permukaan setelah Lim Ka Ea, anggota persatuan advokat Malaysia, mengunjungi kampung tersebut. Dia terkejut melihat penderitaan hidup yang dialami warga Semai di Kampung Bertang Lama. ”Banyak orang Malaysia melihat mereka sebagai orang primitif dan tidak diperlukan dalam pembangunan Malaysia, kecuali dijadikan obyek turis karena terlihat eksotis,” ujar Lim.

Tak lama setelah Lim berbicara kepada wartawan, Jolisa (11), gadis Semai, bertemu dengan rombongan Lim saat baru kembali dari hutan. Jolisa membawa golok dan keranjang bambu bersama tiga temannya. ”Kami mencari sayuran hutan. Saya sebetulnya ingin bersekolah jika ada sekolah yang dibangun di kampung,” ujar Jolisa yang menyambut para pendatang dari kota dengan ramah.

Sebagian besar anak-anak suku Semai di Bertang Lama buta huruf. Setiap hari mereka kelaparan karena keluarga mereka hanya mampu menyediakan sayuran dan singkong dari hutan. Kampung Bertang terletak sekitar 11 kilometer dari jalan raya. Jalan tanah milik perusahaan logging (penebangan kayu) menjadi akses untuk mencapai Kampung Bertang.

”Kami menjual rotan, bambu, dan kayu agar dari hutan. Sekarang hasil hutan tersebut sudah susah didapat,” ujar Yoke Ham (47), warga Kampung Bertang yang memiliki 12 anak.
Yoke Ham mengaku, nenek moyangnya menghuni Bertang Lama sejak ratusan tahun silam. Pendapatan yang diperolehnya setiap bulan hanya sekitar 300 ringgit Malaysia (Rp 900.000).

Perdana Menteri Najib Razak, yang berambisi menjadikan Malaysia sebagai negara maju pada tahun 2020, menjanjikan tidak seorang pun warga Malaysia ditinggalkan oleh proses pembangunan. ”Saya berjanji sebagai perdana menteri akan memberikan perlakuan adil kepada semua warga negara Malaysia. Semua kelompok masyarakat harus maju. Malaysia akan menjadi negara dengan pendapatan tinggi,” kata Najib.

Janji tersebut, bagi Robina, warga Kampung Bertang Lama, sepertinya tinggal janji. ”Anakku Sinar kena demam. Aku tidak punya uang untuk beli obat dan nasi untuk anakku,” ujar Robina sambil memeluk Sinar. Dia mengaku belum sarapan sejak pagi. Hidup sungguh kejam bagi warga suku asli Malaysia (AFP/Iwan Santosa)

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Malaysia; Suku Asli Semenanjung Malaya Terlunta

Gempa 6 SR Guncang Sumatera Utara


DUMAI, KOMPAS.om - Kabupaten Panyabungan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (24/7/2010), sekitar pukul 09.11 WIB diguncang gempa berkekuatan 6 skala Richter.

Badan Metorologi, Klimatologi Geofisika (BMKG) Kota Pekanbaru, saat dihubungi ANTARA dari Kota Dumai, Sabtu, menyebutkan titik lokasi gempa tepatnya berada pada 1.02 Lintang Utara dan 99.50 Bujur Timur atau sekitar 18 kilometer Barat Laut Kabupaten Panyabungan.

Analis BMKG Pekanbaru, Warih, menjelaskan, pusat gempa juga berada pada 10 kilometer kedalaman laut Panyabungan.

"Kemungkinan akan terjadi beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan yang relatif lebih rendah," ringkasnya.

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Gempa 6 SR Guncang Sumatera Utara

Atap Rumah Jebol; Aneh, Tak Ada Api Elpiji Kok Meledak


CILACAP, KOMPAS.om - Ledakan tabung elpiji tiga kilogram kembali terjadi di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Jumat (23/7/2010) malam, mengakibatkan atap dapur rumah Laman Martowigeno (71) jebol, padahal tidak ada kegiatan memasak di dapur rumah itu .

"Tabung itu tadi malam, sekitar pukul 22.00 WIB, tiba-tiba meledak tapi tidak menimbulkan korban," kata Laman Martowigeno saat ditemui di rumahnya di RT 03/03, Desa Glempang, Kecamatan Maos, Sabtu (24/7/2010).

Laman Martowigeno mengaku heran karena saat ledakan itu terjadi, tidak ada aktivitas di dapur. Bahkan sebelumnya, kata dia, tak ada api yang menyala di dapurnya.

Menurut dia, aktivitas memasak di dapur terakhir dilakukannya pada Jumat pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

"Tabung elpiji baru diganti pada Kamis (22/7/2010) sore, tapi baru digunakan Jumat (23/7/2010) pagi. Itu juga hanya sampai pukul 09.00 WIB karena setelah selesai hingga terjadinya ledakan, kami tidak memasak lagi," katanya.
Mengenai penggantian tabung tersebut, dia mengatakan, hal itu dilakukan oleh pemilik warung langganannya.

"Seperti biasanya, setiap tabung elpiji habis, saya pun membeli dari warung (pangkalan,) dan dipasangkan oleh pemilik warung itu," katanya. Menurut dia, tabung elpiji berikut kompornya telah dibawa polisi untuk diperiksa di Markas Kepolisian Sektor Maos.

Selain itu, kata dia, petugas dari Pertamina juga telah datang pascakejadian tersebut. Pascakejadian ini, dia mengaku takut untuk kembali menggunakan elpiji tiga kilogram sehingga akan memakai tungku kayu bakar.

Anak Martowigeno, Retno Darmatun (30) mengatakan, pascaledakan ini terpaksa kembali menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak.

"Saat kejadian, bapak sedang di luar rumah sedangkan saya bersama ibu sedang menonton televisi, ledakan tersebut sangat keras dan mengguncang rumah. Bahkan menurut tetangga, ledakan yang disertai guncangan tersebut akibat robohnya menara telepon seluler yang ada di belakang rumah ini," katanya.

Dia juga mengaku heran karena posisi tabung elpiji beserta kompornya tidak bergeser pascaledakan, sedangkan atap dapur yang jebol bukan di atas tabung atau kompor melainkan di atas tungku yang berjarak sekitar tiga meter dari tabung.
"Padahal tungkunya tidak menyala karena baru dibersihkan oleh bapak pada hari Kamis," katanya.

Sementara warga yang rumahnya sekitar 500 meter dari lokasi kejadian, Teguh (32) mengatakan, ledakan tersebut terdengar keras di rumahnya.

"Semula saya mengira ada kecelakaan lalu lintas sehingga terjadi benturan keras," katanya.

Warga lainnya, Sartam Kiyamto (58) mengaku semakin takut menggunakan elpiji tiga kilogram pascakejadian yang menimpa tetangganya ini. "Saya memang telah beralih ke elpiji 12 kilogram sejak awal bulan lalu karena pernah mengalami kebocoran saat masih gunakan yang tiga kilogram. Tapi sejak kejadian ini, saya semakin takut," katanya.

Seperti yang diwartakan sebelumnya, sebuah ledakan elpiji tiga kilogram terjadi di RT 04 RW 10 Kelurahan Sidakaya, Kecamatan Cilacap Selatan, pada Rabu (21/7) dengan korban seorang penjual jamu keliling asal Solo bernama Sri Winih (24) yang mengalami luka bakar.

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Atap Rumah Jebol; Aneh, Tak Ada Api Elpiji Kok Meledak