Selasa, 10 Januari 2012

Alam Kirim Sinyal Ke Istana


JAKARTA (Pos Kota) – Istana Kepresidenan yang menjadi lambang pusat kekuasaan di negeri ini ternyata tak luput dari serangan hujan badai yang melanda Jakarta, Kamis (5/1). Dalam pandangan politisi kawakan Permadi, peristiwa itu bisa disebut sinyal dari alam. Alam memperingatkan penguasa agar memperbaiki tingkah lakunya dalam memimpin negara.

“Kejadian-kejadian itu peringatan kecil dari alam agar pimpinan negeri ini berlaku jujur. Perlu melakukan koreksi diri dan perubahan,” katanya. “Sudahlah, terlihat jelas. Rakyat di mana-mana susah dan sudah marah.”

Sejumlah pohon di Kompleks Istana Kepresidenan kemarin bertumbangan dihantam hujan badai, salah satu di antaranya adalah pohon pucuk merah dan tiga pohon kenari yang terletak di halaman sekretariat negara.

Tidak hanya pohon yang berada di areal terbuka itu tetapi juga sejumlah eternit yang terbuat dari fiber glass di Kompleks Istana Kepresidenan penyangga besinya terlepas dan berterbangan. Menurut petugas kebersihan Istana Negara, dua dari empat eternit yang ada, terhempas ke tanah hingga pecah saat hujan badai terjadi.

Saat guyuran hujan yang dimulai pk. 14:00 tersebut, di Istana sedang berlangsung rapat terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dihadiri para menterinya.Bersyukur tidak ada korban akibat peristiwa itu

Setelah hujan mereda, petugas kebersihan tergopoh-gopoh langsung membersihkan pohon yang tumbang. Demikian juga eternit yang berjatuhan langsung dibersihkan.

ALAM MURKA

Menurut Permadi yang juga dikenal sebagai tokoh paranormal ini, kalau peringatan-peringatan itu tidak digubris, maka alam akan makin murka. Kondisi ini akan bertemu dengan kondisi jagad politik nasional yang benar-benar akan makin panas. Kehendak alam tidak bisa lagi diatasi.

“Alam akan ngamuk. Ini sudah masuk pakem goro-goro, Penguasa tidak akan mampu lagi membendung murka alam. Apalagi, ini nanti akan berbenturan dengan semrawutnya politik kita yang makin mengerikan,” ujarnya.

Tahun 2012 ini, lanjutnya, bencana alam akan terjadi lagi di mana-mana. Bukan saja banjir, tetapi benacana gunung berapi, tanah longsor, ombak lautan yang terus mengamuk.

Bagi pemimpin negeri ini, jalan satu-satunya untuk menghindar dari murka alam itu adalah melakukan pertobatan besar. “Harus melakukan pertobatan, caranya harus memimpin secara jujur. Banyak yang dikatakan itu pada kenyataannya tidak jujur alias bohong.”
Dalam tindakan memimpin negara, sudah banyak yang tidak didasari kejujuran. Gembar gembor melakukan pemberantasan korupsi, tapi tidak terbukti.

BOLA SALJU

Mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli juga mengatakan hal ini pada akhirnya akan menjadi bola salju yang menghantamnya cepat atau lambat. “Bisa saja berbagai kejadian di negeri ini sebenarnya telah memberi peringatan atau tanda-tanda,” kata Rizal kemarin.

Menurut Rizal, pemerintahan saat ini sudah bobrok dan tidak dapat dipertahankan. Pemerintahan sudah tidak berpihak kepada rakyat tetapi kepada perusahaan dan pengusaha. “Kondisi ekonomi sosial dan politik kacau balau tanpa moral,” katanya. “Karena itu masyarakat harus membantu gerakan perubahan dan revolusi untuk mencapai Indonesia yang baik.”

Rizal berharap saat rezim jatuh nanti sebaiknya bisa segera digelar percepatan Pemilu untuk memilih pemimpin yang amanah dan mementingkan rakyat.

SUDAH DIPREDIKSI

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi hujan lebat dengan volume 400-500 mm bakal mengguyur Jakarta. Banjir diperkirakan bakal merendam beberapa kawasan ibukota.
Menurut Permadi, berdasarkan pengalaman, Istana Presiden jelas sudah pernah terkena banjir pada Februari 2008. Di era Presiden Soeharto pun, Istana juga sempat terlanda air bah. Ketika itu para pejabat lantas menyalahkan penggundulan kawasan Bogor dan Puncak, dan diikuti dengan penertiban berbagai vila.

“Jadi, berdasarkan fakta saja, Istana Presiden memang sudah sangat berat untuk dijadikan jantung pemerintahan. Dari sisi spiritual, Istana Presiden sudah jauh-jauh hari harus pindah, sebab Istana yang sudah pernah ditakhlukkan itu tidak baik untuk Istana lagi,” katanya. ((johara/winoto/guruh/m4/us/o)

------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Alam Kirim Sinyal Ke Istana

Waspada, Siklus Cuaca Semakin Liar


TEMPO.CO, Bogor - Ahli iklim kini semakin sulit memahami cuaca. "Datangnya musim hujan setiap tahun tidak pernah sama. Maju atau mundurnya, bervariasi. Memang musim sekarang terkesan liar," ujar Erwin Makmur, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Pernyataan Erwin disampaikan pada lokakarya World Meteorological Organization (WMO) Climate Information and Prediction Services di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 28 September 2011. Namun, dia meyakinkan bahwa perkiraan iklim dan cuaca oleh BMKG tetap akurat karena analisisnya berdasarkan data otentik perkembangan musim dari tahun ke tahun.

Perubahan iklim yang membuat pergeseran musim kemarau dan hujan di Indonesia dipengaruhi banyak faktor, kata Erwin, terutama kondisi suhu air laut. Prinsipnya, hujan yang turun dalam satu tahun di seluruh dunia jumlahnya hampir sama.

Menurut Erwin, cuaca tidak memiliki batas negara karena sirkulasi di atmosfir lintas negara. Sehingga selalu ada pergeseran wilayah yang mengalami musim hujan.

Dia menjelaskan, perubahan musim tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lain seperti Australia yang warganya harus memakai mantel tebal di bulan Desember karena turun salju. Seharusnya Desember adalah musim panas yang mana biasanya orang Australia melepas pakaian dan berjemur di pantai.

Lokakarya yang diselenggarakan Badan PBB tentang Meteorologi Dunia ini diikuti 25 orang prakirawan (forecaster). Mereka berasal dari Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Acara berlangsung dari 27 September hingga 7 Oktober.

Menurut Kepala BMKG Indonesia Sri Woro B Harijono, lokakarya ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para prakirawan di Asia Tenggara. "Supaya mereka memiliki kemampuan standar internasional yang bisa memperkirakan iklim dengan tingkat akurasi tinggi," katanya.
------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Waspada, Siklus Cuaca Semakin Liar

Polisi Siap Terjun ke Jalan Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrim

Jakarta - Curah hujan cukup tinggi disertai angin kencang yang melanda Jakarta beberapa hari ke belakang menimbulkan sejumlah pohon dan papan iklan roboh. Cuaca ekstrim yang terjadi ini tidak hanya menimbulkan kemacetan tapi juga membahayakan keselamatan warga.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar mengatakan, semua kejadian hingga fenomena alam menjadi residu yang perlu penanganan kepolisian.

"Termasuk orang yang tertimpa billboard, pohon diharapkan ketanggapsegeraan petugas di lapangan untuk menolong masyarakat," kata Baharudin kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/1/2012).

Baharudin mengatakan, permasalahan yang ditimbulkan akibat cuaca buruk ini perlu perhatian kepolisian. Untuk itu, aparat kepolisian khususnya Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya terjun langsung ke lapangan untuk mengurai kemacetan hingga memberikan pertolongan pertama akan korban pohon tumbang.

"Berkaitan itu, Ditlantas setiap saat memimpin langsung di lapangan mengatur arus lalu lintas. Memimpin anggotanya, melancarkan arus agar tidak terjadi kemacetan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Polda Metro Jaya Irjen Untung S Rajab mengimbau masyarakat untuk tetap waspada saat cuaca buruk.

"Kita imbau ke masyarakat agar saat hujan ini lebih berhati-hati pohon tumbang dan lain-lain," kata Untung.

Sementara terkait kesiapannya mengantisipasi banjir, Kapolda mengatakan hal itu merupakan kewenangan pihak Pemda DKI. "Kalau soal antisipasi banjirnya sendiri, mungkin lebih tepat tanyakan ke gubernur," imbuhnya.

Namun, masyarakat sendiri selalu mengharapkan kehadiran polisi kendati dalam situasi bencana yang diakibatkan cuaca. Kapolda sendiri mengakui, polisi selalu menjadi pihak yang disalahkan dalam kondisi seperti itu sekali pun.

"Makanya saya katakan, sistem yang ada itu limbahnya polisi. Nanti ada traffic light mati, polisi yang disalahkan. Makanya tugas wartawan untuk luruskan persepsi masyarakat," tutup Kapolda.

Seperti diketahui, dua hari terakhir, hujan deras disertai angin kencang melanda Jakarta dan sekitarnya. Sedikitnya terdapat 67 titik pohon tumbang di wilayah Jakarta. Beberapa di antaranya papan reklame roboh akibat hembusan angin kencang, hingga menimbulkan korban tewas. (mei/lrn)
------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "

READ MORE - Polisi Siap Terjun ke Jalan Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrim

BPBD imbau warga siaga bencana Warta WASPADA ONLINE

BIREUEN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bireuen, mengimbau warga, terutama di kawasan rawan bencana, agar selalu siaga menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Imbauan ini dikeluarkan karena meningkatnya potensi terjadinya cuaca buruk, seperti hujan lebat dan angin kencang dalam bulan ini hingga Januari mendatang.

Kepala BPBD Bireuen, Agussalim, mengatakan, bencana alam yang rawan terjadi di wilayah Kabupaten Bireuen, antara lain banjir, angin kencang, tanah longsor, dan abrasi pantai. Sejak awal Desember lalu, kata Agussalim, banjir kerap terjadi di sejumlah kecamatan.

“Sekarang ini sedang musim hujan dengan curah hujan tinggi, sehingga rawan banjir. Karena itu kami imbau warga, terutama di kawasan rawan banjir, seperti di Kecamatan Jeunieb, Pandrah, dan Simpang Mamplam, supaya tetap waspada. Begitu juga bagi warga di Kecamatan Juli dan pelintas di jalan Bireuen-Takengon, juga harus waspada terhadap longsor,” terangnya.

Lanjut Agussalim, warga yang tinggal di kawasan pesisir, yaitu mulai dari Kecamatan Samalanga hingga Gandapura, supaya waspada terhadap angin kencang dan abrasi pantai yang semakin mengganas, seperti yang terjadi di Desa Alue Buya Pasie, Kecamatan Jangka, dua pekan lalu.

“Sekarang ini kami terus mendata daerah-daerah yang rawan bencana, begitu juga kepada seluruh camat di 17 kecamatan dan keuchik di 609 desa supaya dapat melakukan pendataan terhadap kawasan rawan bencana. Hal itu untuk memudahkan kita dalam berupaya mengatasi bencana alam yang bisa menimbulkan korban jiwa maupun harta benda. Karena itu, kita harus waspada sebelum bencana itu terjadi,” imbau Agussalim.
------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "

READ MORE - BPBD imbau warga siaga bencana Warta WASPADA ONLINE

Presiden Gelar Rapat Koordinasi Dewan Perubahan Iklim


TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memimpin Rapat Koordinasi Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) di Kantor Presiden, Jumat, 30 September 2011.

Hal itu sesuai dengan komitmen pemerintah yang akan ikut berperan dalam menyiapkan langkah menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. "Ini rapat rutin yang digelar dua kali dalam satu tahun. Agendanya laporan kegiatan oleh ketua harian dan arahan Presiden," kata Staf Khusus Presiden Bidang Lingkungan Agus Purnomo melalui pesan pendek, Jumat, 30 September 2011.

Berulang kali Presiden menyatakan komitmen pemerintah dalam menyiapkan hutan Indonesia menghadapi perubahan iklim. Dalam konferensi perubahan iklim di Norwegia lalu secara tegas Indonesia berkomitmen engurangi emisi hingga 26 persen. Bahkan pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden dalam menyiapkan sejumlah rencana aksi.

Agus menuturkan dalam rapat koordinasi DNPI kali ini ada dua topik utama yang akan dibahas, yaitu mengenai rencana nasional pengurangan emisi gas rumah kaca dan REDD+.

Khusus mengenai REDD+, yaitu mekanisme global untuk mengurangi emisi yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan, akan disampaikan langsung oleh Ketua Satuan Tugas REDD+ Kuntoro Mangkusubroto. "Rapat yang agak khusus kali ini yaitu rencana aksi nasional pengurangan emisi gas rumah kaca dan REDD+," kata Agus lagi.
------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "

READ MORE - Presiden Gelar Rapat Koordinasi Dewan Perubahan Iklim

Bantuan Korban Banjir Bandang Diserahkan

INILAH.COM, Painan — Malang nian nasib korban abrasi di Pasir Putih Kambang, Kecamatan Lengayang. Saat korban banjir bandang mulai menerima bantuan sebesar Rp25 juta, mereka justru dipastikan tidak akan mendapatkan bantuan dari pemerintah karena dianggap bandel.

Terkait itu, Kepala BPBD Pessel Nashariyadi menyebutkan, tidak akan ada bantuan bagi mereka yang rumahnya hancur dikikis air laut. Penanganan kasus bencana alam berupa abrasi pantai tidak sama dengan penanganan akibat bencana banjir.

“Korban abrasi yang ada di Pasir Putih saat ini tidak termasuk kepada korban yang harus memperoleh bantuan, meski rumahnya hancur. Soalnya mereka mendirikan rumah dan tinggal di lokasi yang tidak diizinkan pemerintah,” kata Nashariyadi Selasa (27/12).

Menurut Nashariyadi, warga di Pasir Putih tinggal di zona merah atau di lokasi yang sangat dilarang. Pemerintah malah sering mengingatkan warga untuk tidak membangun rumah di zona terlarang tersebut karena rawan bencana.

“Namun warga tidak mengindahkan peringatan itu. Sudah jelas lokasi tersebut rawan abrasi atau bencana lainnya, masih saja membangun rumah atau bangunan lainnya di lokasi itu,” katanya.

Disebutkannya, berbeda jika rumah mereka runtuh akibat dihondoh banjir, meskipun tinggal di bibir pantai. Bagi korban banjir pemerintah memang mengalokasikan dana untuk itu, karena bangunan tersapu akibat air yang datangnya bukan dari laut.

Dikatakan Nashariyadi, pemerintah hanya memperbolehkan mendirikan bangunan di pinggir pantai dengan jarak seratus meter.

“Jika kurang dari jarak itu maka berarti sama saja sengaja masyarakat tersebut sengaja membuat bencana sendiri,” katanya.

Terkait dengan tidak akan adanya bantuan pemerintah bagi rumah yang runtuh, maka Yenni (36), korban abrasi di Pasir Putih menyebutkan, ia merasa pemerintah telah menganak tirikan korban bencana.

Menurutnya, pemerintah tidak pantas menyebutkan kami ini tidak layak diberikan bantuan gara gara tinggal dizona merah.

“Kami sudah membangun rumah cukup lama di kawasan ini. Saat membangun rumah kami tidak mendengar ada pelarangan dari pemerintah. Bahkan di kawasan ini ada rumah yang didirikan 20 tahun lalu. Oleh karena itu tidak adil kiranya pemerintah punya kebijakan seperti itu,” katanya.

Cuaca Buruk

Kepala BPBD Pessel Nashariyadi menyebutkan, saat ini di Pasir Putih Kambang diturunkan alat berat berupa satu unit ekskavator. Namun ekskavator tersebut tidak bisa dioperasikan akibat gelombang masih tinggi.

“Di Pasir Putih cuaca masih buruk, sehingga alat berat tidak bisa beroperasi. Bahkan alat untuk meluncurkan pasir kedalam karung besar juga hanyut terseret ombak,” kata Nashariyadi.

Dikatakannya, cuaca buruk dengan gelombang tinggi akan berlangsung hingga satu minggu kedepan. Maka selama itu pula alat berat tidak bisa difungsikan. “Meski demikian, pemerintah tetap ingatkan warga di Pasir Putih untuk berhati hati,” katanya lagi.

Bantuan Diserahkan

Sementara itu Wakil Bupati Pessel Editiawarman menyebutkan, bantuan tahap pertama bagi korban banjir bandang di Pesisir Selatan mulai Selasa (27/12).

“Hari Selasa diserahkan bantuan tahap satu di dua kecamatan, yakni Kecamatan Lengayang dan Kecamatan Sutera. Tiap tiap Kepala Keluarga yang rumahnya hancur akan memperoleh sebesar Rp10 juta,” kata Editiawarman.

Kemudian pada tahap dua nanti diserahkan lagi Rp10 juta dan terakhir Rp5 juta. Namun yang perlu diingat oleh warga yang rumahnya runtuh di pinggir pantai, uang tersebut tidak dibenarkan dipergunakan membangun rumah di pinggir pantai.

“Jika ketahuan, ada warga yang membangun kembali rumahnya di pinggir pantai, maka dana tahap dua dan tiga tidak akan diserahkan. Jika diserahkan juga berarti pemerintah sama saja membiarkan warga menciptakan bencana lagi untuk mereka,” kata Editiawarman.

Ia mengatakan, setelah Lengayang dan Sutera, pencairan dana bantuan akan dilanjutkan ke Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Tapan dan Lunang Sialut. [mor]

------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Bantuan Korban Banjir Bandang Diserahkan

Menikam Protokol Kyoto di Durban

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak siang, hujan lebat mengguyur Kota Durban di Afrika Selatan. Hingga Ahad malam pekan lalu (27 November), hujan tersebut belum selesai menuntaskan tugasnya di kota tepi laut yang berpenduduk 3,5 juta jiwa itu.

Qodeni Ximba baru beranjak tidur ketika tiba-tiba dinding rumahnya dihantam banjir bandang. Perempuan berusia 17 tahun itu tewas bersama 10 penduduk Durban lainnya. Korban lain adalah bayi dan kedua orang tuanya yang tengah tidur lelap.

"Apakah Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Durban dapat mencegah kematian Ximba dan lainnya?" tanya Amy Goodman dalam tulisannya di Guardian. Pada artikel berjudul “Mengapa Durban Menjadi Kesempatan Terakhir Protokol Kyoto”, dia mengutip informasi naiknya curah hujan di Durban dua kali lipat sepanjang November.

Sehari setelah tragedi banjir itu, Christiana Figueres, Sekretaris Eksekutif United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), membuka konferensi di Albert Inkosi Luthuli International Convention Centre, Durban. Pertemuan Iklim tahunan yang dihadiri menteri lingkungan dan negosiator dari 195 negara bakal berlangsung sampai 9 Desember.

Dalam pidato pembukaannya, Figueres menjelaskan bahwa Durban harus bisa menangkap momentum global untuk perubahan iklim. Edna Molewa, Menteri Lingkungan dan Ketua Delegasi Afrika Selatan menjanjikan bahwa Durban membawa harapan dan aspirasi Afrika serta negara berkembang. "Untuk berhasil dalam menjaga Protokol Kyoto sebagai bagian dari rezim iklim di masa depan."

Protokol Kyoto merupakan hasil Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kyoto, Jepang, pada
1997. Kesepakatan ini mewajibkan negara maju yang disebut Annex I untuk menurunkan emisi gas rumah kaca 5,2 persen dari level 1990, sehingga suhu bumi tidak naik lebih dari 2 derajat Celsius.
Amerika Serikat akhirnya menolak meratifikasi Protokol Kyoto, sedangkan Cina, India, dan Brasil ketika itu masih menjadi negara berkembang yang belum maju perekonomiannya. Meski demikian, protokol ini menjadi dasar hukum program-program mitigasi dan perdagangan karbon.

Komitmen periode pertama Protokol Kyoto akan berakhir pada Desember 2012. Namun hingga Konferensi Iklim di Cancun, Meksiko, tahun lalu, belum ada kesepakatan baru mengenai nasib Protokol Kyoto. Pada Konferensi Iklim di Durban tanda-tanda kematian Protokol Kyoto mulai kelihatan sejak awal.

"Kyoto adalah masa lalu," kata Menteri Lingkungan Hidup Kanada, Peter Kent, sehari menjelang Konferensi Durban. Sikap Kanada ini mengikuti jejak Rusia dan Jepang, yang sama-sama meratifikasi Protokol Kyoto. Tiga negara ini ogah membuat komitmen jika pengemisi besar lainnya, yaitu Amerika Serikat dan Cina, tidak ikut serta.

Padahal Amerika Serikat tidak melirik aturan yang mengikat. "Kyoto tidak ada di atas meja kami," ujar Todd Stern, kepala negosiator Amerika Serikat. Amerika Serikat akan menuntut bahwa setiap komitmen jangka panjang, ujarnya, berlaku untuk semua negara signifikan.

Cina dan India menolak tuntutan tersebut. Keduanya menjelaskan, emisi per kapita-nya jauh lebih rendah ketimbang Amerika Serikat. Mereka menghendaki negara-negara Annex I mewujudkan janjinya memotong emisi sesuai dengan target yang ditetapkan.

Bagaimana nasib Protokol Kyoto di Durban? "Sama seperti Julius Caesar yang tewas ditikam orang-orang dekatnya," kata John Vidal, wartawan Guardian. Dia khawatir sejumlah negara miskin diam-diam bergabung dengan negara kaya setelah mendapat iming-iming. Sedangkan Cina dan India tidak ingin diikat dengan kewajiban ketat.

Memasuki pekan kedua, para menteri lingkungan hidup mulai berdatangan di Durban. Menghadapi kebuntuan negosiasi, muncul wacana melakukan gerakan Occupy Durban oleh sejumlah diplomat negara berkembang. Mereka tergerak dengan seruan mantan Presiden Kosta Rika untuk meninggalkan ruang sidang sampai pembicaraan substansial tercapai.

------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "
READ MORE - Menikam Protokol Kyoto di Durban