Minggu, 08 Januari 2012

Masyarakat Kepulauan Membutuhkan Helikopter


UMENEP - Cuaca ekstrim yang melanda wilayah perairan kepulauan Kabupaten Sumenep yang diprediksi bakal berlangsung sepekan ke depan membuat Syahbandar Kalianget melarang semua operator kapal melakukan pelayaran, baik ke Pulau Masalembu, Kangean maupun ke Sapeken, sejak Sabtu (7/1) kemarin.

"Semua operator kapal dianjurkan tidak melakukan aktivitas, seiring dengan ketinggian ombak yang mencapai 3 meter. Pihak BMKG memprediksi, cuaca buruk bakal berlangsung sepekan kedepan," kata Fadjar Sidik, salah seorang petugas Syahbandar Kalianget, Sumenep, Minggu (8/1).

Perairan Sumenep dilayani banyak operator kapal, yakni Kapal Express Bahari 3C milik PT Sakti Inti Makmur (SIM) melayani Kalianget-Kangean, Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) I dan II, milik PT Sumekar melayani Kalianget Kangean dan jalur keperintisan (Pulau Masalembu), dan kapal milik Dharma Lautan Utama yang melayani Kalianget-Sapeken dan Banyuwangi.

Kondisi gelombang, kata dia, sangat membahayakan pelayaran, terutama pelayaran terjauh semisal Masalembu dan Kangean. Apalagi kapal cepat yang sangat berisiko tinggi saat cuaca buruk. "lebih baik tidak melayani pelayaran selama cuaca kurang baik, karena mengancam keselamatan penumpang dan crew dari kapal itu sendiri," ujarnya.

Manager Operasional PT Sumekar, Bambang Supriyo, membenarkan jika ada saran untuk tidak berlayar. Sebab, selain angin cukup kencang juga gelombang laut rata-rata mencapai 3 meter. "DBS II sempat menjual tiket, namun karena cuaca buruk akhirnya dibatalkan. Kami off dulu sampai cuaca membaik," katanya.

Sementara, Kepala Stasiun Meteorologi dan Geofisika Kelas III C Kalianget, Sumenep, Syamsul Arifin menjelaskan, gelombang diperairan Sumenep mencapai 3 meter. Lebih-lebih yang termasuk perairan Laut Jawa, semisal Masalembu. "Sewaktu-waktu, kondisi cuaca di tengah laut bisa lebih ekstrim dari perkiraan. Dan kecepatan angin rata-rata 45 kilomter per jam," katanya.

Ditemui terpisah, salah seorang anggota DPRD Sumenep asal kepulauan, Dul Siam mengatakan, setiap kali cuaca buruk hingga menghentikan aktivitas pelayaran, masyarakat kepulauan dalam kondisi ketar-ketir. Sebab, akan berdampak pada stok sembilan bahan pokok (sembako). "Kalau cuaca buruk, otomatis stok sembako akan berkurang. Saat ini saja, stok sembako sudah menipis seiring dengan seringnya cuaca buruk dan menghentikan aktivitas pelayaran," katanya.

Cuaca buruk, kata dia, bukan hanya sekali dalam setahun, melainkan sering kali terjadi. Bahkan, disaat cuaca benar-benar ekstrim, hampir satu bulan tidak ada aktivitas pelayaran. Stok sembako di sejumlah kepulauan terjauh habis.

Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai sudah waktunya pemerintah daerah mempunyai helikopter. Disaat cuaca buruk, maka sembilan bahan pokok (Sembako) tetap bisa didistribusikan lewat udara. "Jadi, tidak salah bila ada pengadaan helikopter untuk pelayanan prima bagi masyarakat kepulauan," tegasnya. md2.

____________

Alam dan Bicara

READ MORE - Masyarakat Kepulauan Membutuhkan Helikopter