Kamis, 29 Juli 2010

Pesawat Airblue Pakistan Jatuh di Hutan, 152 Tewas

ISLAMABAD - Sebuah pesawat milik Airblue, maskapai penerbangan swasta Pakistan, jatuh saat hujan lebat dan cuaca buruk kemarin (28/7). Sebanyak 146 penumpang dan enam awak pesawat tewas dalam musibah tersebut. Insiden itu merupakan kecelakaan penerbangan terburuk di Pakistan.

Bola api cukup besar dan asap tebal muncul di udara setelah pesawat jatuh di kawasan hutan lebat tidak jauh dari Islamabad. Hal itu terlihat hingga beberapa distrik dari lokasi.

''Saya melihat bola api dan asap yang amat besar saat kecelakaan itu. Lalu, potongan besar pesawat jatuh menghantam bukit dan berceceran di hutan,'' ungkap Haji Taj Gul, polisi yang menjadi saksi tragedi tersebut.

''Saat itu, pesawat terbang sangat rendah. Lantas, kami tiba-tiba mendengar suara yang sangat keras,'' ujar Wajih-ur Rehman, warga permukiman eksklusif di perbukitan Margalla, tempat tinggal para ekspatriat dan kalangan elite Pakistan di luar Kota Islamabad.

Petugas penyelamat menemukan banyak potongan mayat dan puing-puing pesawat di lokasi yang berada di perbukitan. Stasiun televisi menayangkan gambar puing-puing pesawat berceceran di hutan. Sebagian puing dari logam tersangkut di pepohonan. Api dan asap tebal terlihat mengepul di antara reruntuhan tersebut saat helikopter petugas penyelamat melintas.

Petugas agak sulit menggali reruntuhan karena kobaran api dan asap tebal. Meski api akhirnya bisa dipadamkan, evakuasi tidak bisa berjalan lancar karena medan yang sulit di tengah hutan lebat dan perbukitan. Tentara Pakistan telah dikerahkan untuk membantu pencarian dan evakuasi korban.

''Saya hanya menemukan potongan mayat,'' kata Dawar Adnan, petugas penyelamat dari Bulan Sabit Merah Pakistan. ''Kondisi di lokasi kecelakaan amat mengerikan. Kami sudah meneliti hampir seluruh lokasi, tapi tidak menemukan korban selamat,'' lanjutnya.

Petugas penyelamat lain, Arshad Javed, bertutur senada. ''Yang kami lihat hanya potongan tangan, kaki, dan bagian tubuh lain. Saya mengumpulkan dua kepala, dua kaki, dan dua tangan, lalu memasukkannya ke dalam sebuah kantong mayat,'' ungkapnya. ''Kami juga berteriak untuk mencari korban selamat. Tapi, tidak ada suara balasan,'' tuturnya.

Polisi mengungkapkan, reruntuhan pesawat tercecer di tiga arah. ''Selain mayat, kami menemukan peralatan yang diduga sebagai black box (kotak hitam berisi rekaman penerbangan, Red). Saat ini, sejumlah pakar sedang memeriksa,'' ucap Bani Amin, kepala kepolisian Islamabad.

Petugas penyelamat sedikitnya telah mengevakuasi potongan tubuh 90 orang. Evakuasi dan pencarian korban akhirnya dihentikan kemarin sore karena hujan lebat tak kunjung reda. Apalagi, lokasi kecelakaan hanya bisa dicapai dengan helikopter.

Sejauh ini, belum diketahui penyebab kecelakaan. Raheel Ahmed, juru bicara Airblue, menduga cuaca buruk menjadi pemicu kecelakaan itu. ''Tidak ada kerusakan teknis sebelum dan ketika pesawat lepas landas,'' tuturnya.

Pesawat dengan nomor penerbangan ED 202 tersebut meninggalkan Bandara Karachi, selatan Pakistan, pukul 07.45 waktu setempat (pukul 09.45 WIB), dengan tujuan Islamabad. Penerbangan diperkirakan memakan waktu sekitar dua jam.

Musibah terjadi saat pesawat jenis Airbus 321 itu mendekati dan hendak mendarat di Bandara Internasional Benazir Bhutto, Islamabad. Pesawat kehilangan kontak dengan menara kontrol bandara pukul 09.43 waktu setempat (pukul 11.43 WIB).

''Pilot sudah diberi instruksi dan petunjuk supaya mendarat di runway (landasan) I atau II,'' jelas Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik. ''Sebelum mendarat, pesawat terbang di ketinggian 2.600 kaki (sekitar 792 meter). Tanpa ada penjelasan, pesawat tiba-tiba bergerak di ketinggian 3.000 kaki. Mungkin pandangan pilot ke landasan terhalang,'' lanjutnya.

Pakistan mengabaikan kemungkinan kecelakaan itu karena aksi terorisme. Pemerintah memberlakukan hari libur dan berkabung nasional kemarin. Airbus juga mengirimkan tim untuk membantu penyelidikan kecelakaan tersebut.

Dalam manifes penerbangan, penumpang pesawat itu termasuk tujuh anak dan dua bayi. Dua warga negara Amerika Serikat (AS) termasuk korban tewas. Airblue memastikan bahwa warga Pakistan mengisi sebagian besar penumpang pesawat.

Airblue merupakan salah satu maskapai penerbangan terpopuler di Pakistan. Perusahaan swasta tersebut beroperasi sejak 2004 dengan menggunakan pesawat baru Airbus A320 dan A321 untuk rute domestik serta internasional. Rute internasional yang diterbangi adalah Dubai, Sharjah, Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Muscat (Oman), dan Manchester (Inggris).

Sebelumnya, maskapai itu hanya mengalami sekali kecelakaan pada bagian ekor pesawat di Bandara Quetta pada 2008. Tidak ada korban jiwa saat itu.

Kali terakhir kecelakaan pesawat di Pakistan terjadi pada Juli 2006. Ketika itu, sebuah pesawat Fokker F-27 milik Pakistan International Airlines (PIA) jatuh di ladang gandum di pinggiran Kota Multan, Pakistan bagian tengah. Sebanyak 45 orang tewas.

Sebelumnya, kecelakaan terburuk pesawat terbang Pakistan terjadi pada 1979 dan 1992. Sebuah pesawat jet milik PIA jatuh di Jeddah, Arab Saudi, pada 1979 dan menewaskan 156 penumpang dan awaknya. Sedangkan kecelakaan pada 1992 terjadi Kathmandu, Nepal, dan menewaskan 167 orang. (AFP/Rtr/AP/c5/dwi)


------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Pesawat Airblue Pakistan Jatuh di Hutan, 152 Tewas

Banjir Hanyutkan 1.000 Barel Bahan Kimia


BEIJING, KOMPAS.com - Banjir di China timur laut telah menghanyutkan lebih dari 1.000 barel bahan kimia yang bisa meledak ke dalam satu sungai besar.

Peristiwa itu terjadi di sepanjang Sungai Songhua, yang airnya meluap, di Kota Jili, Provinsi Jilin, Rabu (28/7) pagi, demikian laporan kantor berita resmi China, Xinhua. Penduduk yang dihubungi melalui telepon mengatakan, pasokan air bersih telah terputus untuk sementara di beberapa bagian kota tersebut, tapi akan kembali normal.

Semua drum itu berasal dari satu pabrik kimia berisi 160.000 kilogram cairan kimia yang bisa meledak, kata beberapa pejabat setempat. "Para pekerja darurat telah berusaha menemukan drum tersebut dan dinas perlindungan pemerintah lokal memantau secara seksama kualitas air di sungai itu," demikian antara lain isi laporan Xinhua.

China seringkali menghadapi tumpahan bahan kimia di sungainya yang mengakibatkan dihentikannya pasokan air bersih. Peristiwa paling serius terjadi tahun 2005, ketika ledakan di satu pabrik industri mengalirkan bahan kimia beracun ke dalam Sungai Songhua agak lebih ke hulu, di Harbin. Peristiwa tersebut memaksa dihentikannya pasokan air bersih buat hampir 4 juta warga.

Menurut laporan Xinhua, hujan lebat sepanjang tahun ini di seluruh daerah luas China tengah dan selatan telah menewaskan 928 orang dan membuat 477 orang lagi hilang, dan menimbulkan kerugian sebesar 176,5 miliar yuan (26,04 miliar dolar AS). Sebanyak 875.000 rumah telah ambruk, 9,61 juta orang diungsikan dan 8,76 juta hektare tanaman rusak, katanya. China timurlaut juga telah diguyur hujan lebat selama beberapa hari belakangan.


------------------------
" Alam dan Adat Bicara"

READ MORE - Banjir Hanyutkan 1.000 Barel Bahan Kimia

Macet di Jakarta Seharusnya Dipikirkan Sejak 30 Tahun Lalu


Jakarta - Kemacetan lalu lintas di Ibukota bukan hal baru. Kemacetan lantas sering kali dimahfumkan. Ketika kemacetan sudah semakin menggila dan semakin disadari banyak kerugian yang ditimbulkan, barulah lebih sering dibahas pembuat kebijakan.

"Seharusnya seperti Nabi Nuh, siap-siap perahu sebelum banjir. Sekarang ini kita sedang membuat perahu di tengah banjir," ujar koordinator Railway & Transportation Resource Center LAPI -ITB Harun Al Rasyid dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (29/7/2010).

Menurut Harun, masalah transportasi seharusnya sudah dibahas sejak 30 tahun lalu. Ketika suatu wilayah direncanakan untuk berkembang, maka sudah harus dipikirkan pula sejak awal adanya kemungkinan kemacetan yang luar biasa.

Disampaikan dia, masalah pertransportasian di Indonesia sangatlah kompleks. Sebab banyak sekali armada maupun prasarana yang sudah usang. "Kalau boleh saya katakan, semua dalam critical," imbuhnya.

Menurut Harun, banyak kegiatan terkait pembenahan transportasi seperti infrastruktur dan layanannya yang mandek. Banyak bangunan akhirnya tidak selesai-selesai dibangun. "Tiang-tiang monorel jadi ditumbuhi jamur," keluhnya.

Terkait wacana kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) atau sistem jalan berbayar untuk mengurai kemacetan, menurut Harun, hal itu adalah permainan madu dan racun. ERP adalah racun karena menjadi sesuatu yang tidak enak yang harus diberikan. Namun sebagai imbalannya, harus diberikan pula madu kepada masyarakat.

"Madu ini adalah armada dan infrastruktur yang memadai. Jadi jangan hanya komitmen tanpa diikuti realisasi," kata Harun. (nrl/nrl)
------------------------
" Alam dan Adat Bicara"
READ MORE - Macet di Jakarta Seharusnya Dipikirkan Sejak 30 Tahun Lalu