Pembakaran
Gapura Honai Adat
“Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka”
(DeMMAK)
di Badlima,
Wamena West Papua.
Kondisi Kebakaran Gapura Honai Adat |
Namun kenyataan di lapangan berkata lain, pemerintah Indonesia hanya bersandiwara di atas penderitaan masyarakat adat secara khusus masyarakata adat koteka di wilayah pegunungan tengah Papua.
Pada hari ini Rabu 17 Juli 2013,
12:00:17pm, pukulan dan atau tamparan besar bagi pemerintah Indonesia dan
antek-anteknya, hari ini telah terjadi pembakaran Gapura utama Honai Adat di
Badlima wilayah DeMMAK oleh Agen-Agen Kolonial NKRI yang menginginkan memecah
belah persatuan dan kesatuan dalam masyarakat adat sendiri, hingga kini motif
pembakaran gapura honai adat tidak jelas.
Dengan peristiwa demikian, maka
telah terbukti bahwa Indonesia gagal melindungi dari ancaman-ancaman yang
membahayakan nyawa rakyatnya. Setelah terjadi pembakaran gapura honai adat selanjutnya
kami mendapatkan laporan langsung dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh Ketua
Korwil Badlima bahwa “Indonesia telah melatih khusus terhadap orang-orang Papua
agar sesama masyarakat adat terbentur dengan kepentingan pribadi untuk
memuluskan program Indonesia di dalam honai adat”.
Peristiwa yang sama juga telah
terjadi terhadap 10 anak gadis di bawah umur (anak SMP negeri Yalengga) oleh
agen-agen Indonesia, bentuk peristiwanya adalah pemaksaan pemerkosaan di lereng
gunung pada saat mereka pulang dari sekolah ke rumah masing-masing. Peristiwa
ini mengejutkan bagi orang tua yang kebetulan tidak tahu informasi atas
tindakan keji ini. Ke 10 gadis di bawah umur ini mengalami trauma dan ketakutan
luar biasa atas tindakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Hingga kini kami menurunkan
berita, situasi tempat kejadian perkara sangat mencekam dan masyarakat adat ketakutan
luar biasa. Setelah kami mendapatkan informasi yang lebih jauh, ternyata
peristiwa yang sama pernah terjadi. Bentuknya bukan lagi pembakaran namun 100-200
Anggota Personil TNI-AD dari Batalyon 753 Wim Ane Sili pernah mendatangi
sebanyak 12 kali, terhitung dengan peristiwa ini sudah menjadi 13 kali. Anggota
TNI dari Batalyon 753 Wim Ane Sili mengepung di honai adat DeMMAK Badlima
dengan peralatan perang lengkap yaitu Senjata, Bom dan Geranada namun
masyarakat adat tidak menghiraukan sebab DeMMAK bukan organisasi teroris namun
DeMMAK adah organisasi yang berbasis masyarakat adat untuk mengangkat dan
melestarikan Budaya leluhur segenap umat manusia.
Kami menghimbau kepada segenap
umat manusia bahwa jangan ada lagi yang menginjak-injak harkat dan martabat
manusia lain, hargailah mereka seperti diri-mu sendiri. Kami mengundang kepada
komunitas internasional anti kekerasan untuk menyampaikan keberatan dan
informasi lengkap kepada Kapolres Jayawijaya, melalui Polda PAPUA:Jl.Dr Samratulangi No 8 Jayapura, Telp. 0967‐531014/533396, Kapolda
Papua, dengan demikian jangan lagi menganggap remeh
terhadap orang lain hanya karena menyampaikan pandangan dan pikiran-pikiran
atas nasib masyarakat adat itu sendiri.
Demikian laporan ini kami
sampaikan, atas perhatian dan dukungan solidaritas Internasional anti kekerasan
kami ucapkan terima kasih.****
Posis dari Depan |
Posisi Dari Depan samping |
Posisi dari dalam lokasi |
Dari Samping Lokasi kejadian |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar