Rabu, 17 Juli 2013

Terjadi Pembakaran Gapura Honai Adat DeMMAK oleh antek-antek Indonesia.


Pembakaran Gapura Honai Adat
 “Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka” (DeMMAK)
di Badlima, Wamena West Papua.

Kondisi Kebakaran Gapura Honai Adat
DeMMAK adalah sebuah organisasi yang berbasis Masyarakat Adat, bertujuan untuk mengidentifikasi, melindungi, memagari, serta meneruskan warisan leluhur kebudayaan yang ada serta erat melekat sejak dahulu hingga kini. Warisan kebudayaan patut dilindungi oleh setiap individu, kelompok, organisasi serta Negara sekalipun. Negara berkewajiban untuk melindungi dan membela secara hukum dan moral dari tindakan-tindakan yang membahayakan kehidupan umat manusia.

Namun kenyataan di lapangan berkata lain, pemerintah Indonesia hanya bersandiwara di atas penderitaan masyarakat adat secara khusus masyarakata adat koteka di wilayah pegunungan tengah Papua.

Pada hari ini Rabu 17 Juli 2013, 12:00:17pm, pukulan dan atau tamparan besar bagi pemerintah Indonesia dan antek-anteknya, hari ini telah terjadi pembakaran Gapura utama Honai Adat di Badlima wilayah DeMMAK oleh Agen-Agen Kolonial NKRI yang menginginkan memecah belah persatuan dan kesatuan dalam masyarakat adat sendiri, hingga kini motif pembakaran gapura honai adat tidak jelas.

Dengan peristiwa demikian, maka telah terbukti bahwa Indonesia gagal melindungi dari ancaman-ancaman yang membahayakan nyawa rakyatnya. Setelah terjadi pembakaran gapura honai adat selanjutnya kami mendapatkan laporan langsung dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh Ketua Korwil Badlima bahwa “Indonesia telah melatih khusus terhadap orang-orang Papua agar sesama masyarakat adat terbentur dengan kepentingan pribadi untuk memuluskan program Indonesia di dalam honai adat”.

Peristiwa yang sama juga telah terjadi terhadap 10 anak gadis di bawah umur (anak SMP negeri Yalengga) oleh agen-agen Indonesia, bentuk peristiwanya adalah pemaksaan pemerkosaan di lereng gunung pada saat mereka pulang dari sekolah ke rumah masing-masing. Peristiwa ini mengejutkan bagi orang tua yang kebetulan tidak tahu informasi atas tindakan keji ini. Ke 10 gadis di bawah umur ini mengalami trauma dan ketakutan luar biasa atas tindakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Hingga kini kami menurunkan berita, situasi tempat kejadian perkara sangat mencekam dan masyarakat adat ketakutan luar biasa. Setelah kami mendapatkan informasi yang lebih jauh, ternyata peristiwa yang sama pernah terjadi. Bentuknya bukan lagi pembakaran namun 100-200 Anggota Personil TNI-AD dari Batalyon 753 Wim Ane Sili pernah mendatangi sebanyak 12 kali, terhitung dengan peristiwa ini sudah menjadi 13 kali. Anggota TNI dari Batalyon 753 Wim Ane Sili mengepung di honai adat DeMMAK Badlima dengan peralatan perang lengkap yaitu Senjata, Bom dan Geranada namun masyarakat adat tidak menghiraukan sebab DeMMAK bukan organisasi teroris namun DeMMAK adah organisasi yang berbasis masyarakat adat untuk mengangkat dan melestarikan Budaya leluhur segenap umat manusia.  

Kami menghimbau kepada segenap umat manusia bahwa jangan ada lagi yang menginjak-injak harkat dan martabat manusia lain, hargailah mereka seperti diri-mu sendiri. Kami mengundang kepada komunitas internasional anti kekerasan untuk menyampaikan keberatan dan informasi lengkap kepada Kapolres Jayawijaya, melalui Polda PAPUA:Jl.Dr Samratulangi No 8 Jayapura, Telp. 0967‐531014/533396, Kapolda Papua, dengan demikian jangan lagi menganggap remeh terhadap orang lain hanya karena menyampaikan pandangan dan pikiran-pikiran atas nasib masyarakat adat itu sendiri.

Demikian laporan ini kami sampaikan, atas perhatian dan dukungan solidaritas Internasional anti kekerasan kami ucapkan terima kasih.****

Posis dari Depan
Posisi Dari Depan samping

Posisi dari dalam lokasi

Dari Samping Lokasi kejadian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar