Minggu, 08 Agustus 2010

Kapal Dihantam Ombak, Anggota DPR Tewas di Manado


MANADO - Kunjungan kerja komisi III DPR di Sulawesi Utara berakhir maut. Anggota Komisi III dari Fraksi PDIP (FPDIP) Setia Permana tewas setelah kapal yang ditumpanginya terbalik dan tenggelam akibat dihantam ombak kemarin (7/8). Wahyu Nurani, istri anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat Sutjipto, juga tewas.

Menurut laporan Manado Post (Jawa Pos Group), saat kembali dari acara wisata pantai di taman laut Pulau Bunaken sekitar pukul 11.45 Wita, kapal wisata Exsegero (katamaran) hancur akibat diterjang ombak besar.

Saat itu kapal membawa delapan anggota komisi III, tiga anggota keluarga, dan dua pengawal. Musibah itu terjadi saat kapal memasuki mulut Kali Mas, Pelabuhan Manado.

Setelah kejadian tersebut, para penumpang kapal ditolong oleh warga sekitar Dermaga Pasar Bersihati. Nahas bagi Setia Permana dan Wahyu Nurani. Mereka tewas setelah perahu kayu tersebut digulung ombak setinggi dua meter.

''Kejadiannya amat cepat. Ibu yang meninggal (Wahyu Nurani, Red) terseret arus setelah tubuhnya membentur beton,'' ujar Azis Bagu, saksi mata yang membantu penyelamatan. ''Bapak yang meninggal (Setia Permana) sebelumnya kami temukan dalam kondisi kritis,'' lanjutnya.

Selain Setia, anggota komisi III yang berada di perahu yang menggunakan dua motor tempel tersebut adalah Otong Abdurrahman (FPKB), Dimyati Natakusumah (FPPP), Abubakar Al Habsyi, Nudirman Munir (FPG), M. Nurdin (FPDIP), dan Sutjipto (FPD) bersama putrinya, Ariyanti. Mereka selamat.

Azis dan sejumlah saksi mata menceritakan bahwa perahu yang dikemudikan Alex Lahengko, 35, warga Sindulang I, membentur tembok bagian bawah mercusuar di utara pintu masuk Pelabuhan Manado. Perahu tidak bisa dikemudikan dengan baik setelah diempas ombak. Diduga, motor tempel mati saat itu.

''Haluan kanan perahu membentur tembok. Lalu, dari arah kemudi, ombak besar menghantam perahu. Seketika perahu tenggelam diseret arus laut tepat di pintu masuk pelabuhan,'' ungkap Azis.

Tim SAR dan Polairud Manado baru tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 12.00 Wita. Setia Permana tewas saat diangkut dengan ambulans menuju ke Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Maryam, Manado. Sementara itu, Wahyu Nurani mengembuskan napas terakhir setiba di RSI. Untuk otopsi dan kepentingan medis, jenazah mereka lantas dilarikan ke RS Bhayangkara, Manado.

Berdasar pengakuan Alex Lahengko, perahu yang dikemudikannya kehilangan kendali saat masuk ke mulut Pelabuhan Manado. ''Waktu mau belok ke arah pelabuhan, ombak menghantam sehingga mesin kapal terangkat. Lalu, kapal dikendalikan arus dan berbalik arah mengenai batu di pinggir pelabuhan, tepatnya di sisi lampu merah pelabuhan,'' tuturnya.

Alex bersama awaknya diamankan di Poltabes Manado kemarin sore. Mereka diduga lalai karena tidak menyiapkan pelampung bagi para penumpang kapal. Saat memberikan keterangan kepada polisi, Alex bertutur bahwa perahu yang dikemudikannya biasa mangkal di terminal Marina Plaza, Manado. ''Saat berangkat dari Manado menuju Bunaken pukul 8.00 Wita, kondisi cuaca mendung dan berangin. Menjelang siang, ombak makin besar,'' katanya.

Sementara itu, Sutjipto dan putrinya hanya bisa meratapi jenazah Wahyu Nurani. Sutjipto seolah tak percaya atas kepergian istrinya. ''Semua Allah yang atur. Tetapi, saya kecewa dengan keamanan kapal yang tidak menyediakan pelampung secara layak,'' katanya sambil menemani putrinya, Ariyanti, di RS Bhayangkara, Manado.

Dia lalu menceritakan musibah tersebut. ''Begitu ombak menghantam kapal yang kami tumpangi, saya terpisah dengan istri dan anak. Untungnya, warga yang mengetahui kejadian itu langsung datang menolong,'' ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo menuturkan bahwa insiden tersebut terjadi ketika rombongan berwisata ke Bunaken sambil menunggu penerbangan kembali ke Jakarta pukul 15.00 Wita (pukul 14.00 WIB). ''FPDIP merasa kehilangan atas kepergian beliau (Setia Permana, Red),'' ujar Tjahjo.

Tjahjo mengungkapkan, FPDIP meminta agar ada investigasi atas insiden tersebut. Terlepas dari fakta bahwa kejadian itu akibat kecelakaan, dia menilai perlu investigasi soal kelayakan kondisi kapal. Ada dugaan kapal tersebut tidak dilengkapi pelampung sebagai alat keselamatan darurat. ''Polda Sulut harus mengusut,'' pintanya.

Jenazah Setia dan Wahyu tadi malam diterbangkan ke Jakarta dari Bandara Sam Ratulangi, Manado, dengan pesawat Lion Air JT-743.

Wakil Ketua DPR Pramono Anung menyatakan bahwa ada prosesi penghormatan bagi Setia Permana. Proses penghormatan terakhir bagi Setia dilakukan tadi malam pukul 22.00. Hadir dalam penghormatan terakhir tersebut para perwakilan fraksi. Pramono, yang juga politikus FPDIP, memimpin langsung upacara penghormatan itu. Upacara tersebut berlangsung singkat. Selanjutnya, jenazah Setia dibawa ke rumah duka di Cimahi, Jawa Barat.

Secara terpisah, Otong Abdurrahman menuturkan bahwa rencana pelesir ke Bunaken muncul setelah komisi III rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Polda Sulut kemarin (6/8). Kebetulan, jadwal kunjungan kerja ke sejumlah instansi terkait di Manado telah selesai. Karena itu, anggota komisi III ingin mengadakan kunjungan ke lapangan.

''Kunjungan lapangan berkaitan dengan fasilitas dan kegiatan di laut. Kami perlu melihat di lapangan,'' papar dia. Dia menambahkan, sebagian anggota DPR baru akan kembali ke Jakarta pada Minggu (8/8). Sebagian lain memutuskan kembali Sabtu sore (7/8). ''Kami dari FPKB rencananya kembali besok (Minggu, Red),'' kata dia. (bay/dyn/jpnn/c4/dwi)

------------------------
" Alam dan Adat Bicara"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar