Senin, 09 Januari 2012

Menko Kesra Minta Pemprov DKI Tiru Surakarta

SOLO (Pos Kota) – Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono meminta seluruh pemerintah daerah di Indonesia mewaspadai terjadinya banjir selama Januari hingga Februari 2012.

“Cuaca ekstrem selama dua bulan ke depan membuat seluruh pemerintah daerah harus waspada banjir,” kata Agung Laksono usai meninjau lokasi banjir di bantaran Sungai Bengawan Solo dan mobil Kiat Esemka di Solo, Senin.

Agung menjelaskan, berdasarkan ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diketahui bahwa curah hujan di hampir seluruh wilayah di tanah air tinggi hingga bulan Februari. Cuaca ekstrem di Indonesia ini merupakan ekor dari Badai Washi di Filipina yang menewaskan 1500 orang.

“Untuk itu, pemerintah daerah harus mempersiapkan antisipasi jika terjadi keadaan yang paling buruk akibat tingginya curah hujan seperti banjir, longsor dan lain sebagainya,” katanya.

Dia menjelaskan, pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri telah memberikan imbauan kepada seluruh pemerintah daerah.

“Kami juga telah meminta BMKG mensosialisasikan kondisi cuaca ke seluruh pemda supaya diteruskan ke pihak pelabuhan, bandar udara, pertanian dan sebagainya,” katanya.

Menko Kesra menjelaskan, pemerintah pusat memperhatikan seluruh wilayah di Indonesia terkait waspada bencana banjir.”Khususnya yang jumlah penduduknya sangat banyak seperti Pulau Jawa untuk menghindari jatuhnya korban jiwa,” katanya.

Agung Laksono menjelaskan, Pulau Jawa termasuk wilayah dengan penduduk terbanyak dan memiliki peluang cuaca buruk hingga Pebruari mendatang.

RELOKASI PERMANEN

Agung menjelaskan, kehadirannya di Solo juga dalam rangka melihat kesiapan pemerintah daerah mengantisipasi bencana alam banjir. Apalagi kawasan bantaran Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut dihuni oleh jutaan penduduk.

Dia memuji progam Pemkot Surakarta menangani banjir dengan melakukan relokasi warga yang menetap di kawasan bantaran secara permanen, dan selanjutnya kawasan tersebut dijadikan hutan kota sebagai daerah resapan. Selain itu juga di Bantaran Bengawan Solo dilakukan perbaikan tanggul, pemasangan pompa dan pelebaran sungai.

“Semoga daerah-daerah lain bisa meniru yang dilakukan Pemkot Surakarta ini. Selain itu juga harus tetap dijaga agar kawasan bantaran yang sudah dihutankan , di musim kemarau saat sedang surut tidak dihuni lagi oleh warga. Sebab kalau dibiarkan dihuni lagi, itu berarti kita membiarkan warga kita tinggal di atas sungai,” kata Menko Kesra.

Meskipun diakui agak sulit diterapkan di Jakarta, namun Agung menegaskan relokasi seperti yang dilakukan di Solo merupakan solusi permanen terhadap penanggulangan banjir di Kali Ciliwung.

Kesulitan bagi Jakarta adalah lahan bantaran Kali Ciliwung saat ini sudah dihuni tidak kurang dari 72 ribu kepala keluarga. “Rumah-rumah di kawasan itu sudah banyak dan padat hingga bersusun empat,” ujarnya. (aby/b).

------------------------------
" Alam dan Adat Bicara "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar